Selasa, 30 Oktober 2012

 
Ketika aku menikah dua tahun yang lalu, rasanya dunia ini hanya milikku seorang. Betapa tidak, aku mendapatkan seorang pria yang menjadi impian semua gadis di seluruh kampungku. Aku menjadi istri seorang pejabat di kota yang kaya raya. Bayangkan saja, suamiku memiliki puluhan hektar tanah di kampungku, belum ruko-ruko yang dikontrakan. Tidak hanya di daerah kampungku tetapi ada juga di daerah-daerah lainnya. Sudah terbayang di benakku, setiap hari aku tinggal di rumah besar dan mewah (setidaknya untuk ukuran di kampungku), naik mobil bagus keluaran terbaru.

Hari-hariku sebagai istrinya memang membahagiakan dan membanggakan. Teman-teman gadisku banyak yang iri dengan kehidupanku yang serba enak. Meski aku sendiri tidak yakin dengan kebahagian yang kurasakan saat itu. Hati kecilku sering dipenuhi oleh kekhawatiran yang sewaktu-waktu akan membuat hidupku jatuh merana. Aku sebenarnya bukanlah satu-satunya wanita pendamping suamiku. Ia sudah beristri dengan beberapa anak. Mereka tinggal jauh di kota besar dan sama sekali tak pernah tahu akan keberadaanku sebagai madunya.



Ketika menikah pun aku sudah tahu akan statusnya ini. Aku, entah terpaksa atau memang mencintainya, memutuskan untuk menikah dengannya. Demikian pula dengan orang tuaku. Mereka malah sangat mengharapkan aku menjadi istrinya. Mungkin mereka mengharapkan kehidupan kami akan berubah, derajat kami meningkat dan dipandang oleh semua orangkampung bila aku sudah menjadi istrinya. Mungkin memang sudah nasibku untuk menjadi istri kedua, lagi pula hidupku cukup bahagia dengan statusku ini.

Semua itu kurasakan setahun yang lalu. Begitu menginjak tahun kedua, barulah aku merasakan perubahan. Suamiku yang dulunya lebih sering berada di sisiku, kini mulai jarang muncul di rumah. Pertama seminggu sekali ia mengunjungiku, kemudian sebulan dan terakhir aku sudah tak menghitung lagi entah berapa bulan sekali dia datang kepadaku untuk melepas rindu.

Aku tak berani menghubunginya. Aku takut semua itu malah akan membuat hidupku lebih merana. Aku tak bisa membayangkan kalau istri pertamanya tahu keberadaanku. Tentunya akan marah besar dan mengadukanku ke pihak berwajib. Biarlah aku tanggung semua derita ini. Aku tak ingin orang tuaku terbawa sengsara oleh masalah kami. Mereka sudah hidup bahagia, memiliki rumah yang lebih besar, sawah dan ternak-ternak piaraan pemberian suamiku.

Hari hari yang kulalui semakin tidak menggairahkan. Aku berusaha untuk menyibukan diri dengan berbagai kerjaan agar tak merasa bosan ditinggal suami dalam waktu lama. Tetapi semua itu tidak membuat perasaanku tenang. Justru menjadi gelisah, terutama di malam hari. Aku selalu termenung sendiri di ranjang sampai larut malam menunggu kantuk yang tak kunjung datang. Kurasakan sprei tempat tidurku begitu dingin, tidak seperti di hari-hari awal pernikahan kami dulu. Sprei tempat tidurku tak pernah rapi, selalu acak-acakan dan hangat bekas pergulatan tubuh kami yang selalu berkeringat. Di saat-sat seperti inilah aku selalu merasakan kesedihan yang mendalam, gelisah mendambakan kehangatan seperti dulu. Rindu akan cumbuan hangat suamiku yang sepertinya tak pernah padam meski usianya sudah mulai menua.

Kalau sudah terbayang semua itu, aku menjadi semakin gelisah. Gelisah oleh perasaanku yang menggebu-gebu. Bahkan akhir-akhir ini semakin membuat kepalaku pusing. Membuatku uring-uringan. Marah oleh sesuatu yang aku sendiri tak mengerti. Kegelisahan ini sering terbawa dalam impianku. Di luar sadarku, aku sering membayangkan cumbuan hangat suamiku. Bagaimana panasnya kecupan bibir suamiku di sekujur tubuhku. Aku menggelinjang setiap kali terkena sentuhan bibirnya, bergetar merasakan sentuhan lembut jemari tangannya di bagian tertentu tubuhku. Aku tak mampu menahan diri. Akhirnya aku mencumbui diriku sendiri. Tangannku menggerayang ke seluruh tubuhku sambil membayangkan semua itu milik suamiku. Pinggulku berputar liar mengimbangi gerakan jemari di sekitar pangkal pahaku. Pantatku terangkat tinggi-tinggi menyambut desakan benda imajinasiku ke dalam diriku. Aku melenguh dan merintih kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas di ranjang kembali ke alam sadar bahwa semua itu merupakan kenikmatan semu. Airmataku jatuh bercucuran, meratapi nasibku yang tidak beruntung.

Pelarianku itu menjadi kebiasaan setiap menjelang tidur. Menjadi semacam keharusan. Aku ketagihan. Sulit menghilangkan kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan bathinku. Aku taktahu sampai kapan semua ini akan berakhir. Aku sudah bosan. Kecewa, marah, sedih dan entah apalagi yang ada dalam perasaanku saat ini. Kepada siapa aku harus melampiaskan semua ini? Suamiku? Entah kapan ia datang lagi. Kepada orang tua? Apa yang bisa mereka perbuat? Oohh.. aku hanya bisa menangisi penderitaan ini.

Aku memang gadis kampung yang tak tahu keadaan. Aku tak pernah sadar bahwa keadaanku sehari-hari menarik perhatian seseorang. Aku baru tahu kemudian bahwa ternyata Kang Hendi, suami kakakku, mengikuti perkembanganku sehari-hari. Mereka memang tinggal di rumahku. Aku sengaja mengajak mereka tinggal bersama, karena rumahku cukup besar untuk menampung mereka bersama anak tunggalnya yang masih balita. Sekalian menemaniku yang hidup seornag diri.

"Kasihan Neng Anna, temenin aja. Biar rumah kalian yang di sana dikontrakan saja" demikian saran orang tuaku waktu itu.

Aku pun tak keberatan. Akhirnya mereka tinggal bersamaku. Semuanya berjalan normal saja. Tak ada permasalahan di antara kami semua, sampai suatu malam ketika aku sedang melakukan hal 'rutin' terperanjat setengah mati saat kusadari ternyata aku tidak sedang bermimpi bercumbu dengan suamiku. Sebelum sadar, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sekali. Terasa lain dengan khayalanku selama ini. Apalagi ketika puting payudaraku dijilat dan dihisap-hisap dengan penuh gairah. Aku sampai mengerang saking nikmatnya. Rangsangan itu semakin bertambah hebat menguasai diriku. Kecupan itu semakin menggila, bergerak perlahan menelusuri perutku terus ke bawah menuju lembah yang ditumbuhi semak-semak lebat di sekitar selangkanganku. Aku hampir berteriak saking menikmatinya. Ini merupakan sesuatu yang baru, yang tak pernah dilakukan oleh suamiku. Bahkan dalam mimpipun, aku tak pernah membayangkan sampai sejauh itu. Di situlah aku baru tersadar. Terbangun dari mimipiku yang indah. Kubuka mataku dan melirik ke bawah tubuhku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mataku yang masih belum terbiasa dengan keadaan gelap ruangan kamar, melihat sesuatu bergerak-gerak di bawah sana, di antara kedua pahaku yang terbuka lebar.

"Aduh kenapa sih ini.." gumamku setengah sadar sambil menjulurkan tanganku ke bawah sana.

Tanganku memegang sesuatu seperti rambut. Kuraba-raba dan baru kutahu bahwa itu adalah kepala seseorang. Aku kaget. Dengan refleks aku bangun dan merapat ke ujung ranjang sambil mencoba melihat apa terjadi. Setelah mataku terbiasa dengan kegelapan, kulihat di sana ternyata seseorang tengah merayap ke atas ranjang. Aku semakin kaget begitu kutahu orang itu adalah Kang Hendi, kakak iparku!

Saking kagetnya, aku berteriak sekuat tenaga. Tetapi aku tak mendengar suara teriakan itu. Kerongkonganku serasa tersekat. Hanya mulutku saja yang terbuka, menganga lebar-lebar. Kedua mataku melotot seakan tak percaya apa yang kulihat di hadapanku adalah Kang Hendi yang bertelanjang dengan hanya memakai cawat.

Kang Hendi menghampiri sambil mengisyaratkan agar jangan berteriak. Tubuhku semakin mepet ke ujung dinding. Takut, marah dan lain sebagainya bercampur aduk dalam dihatiku melihat kehadirannya di kamarku dalam keadaan setengah telanjang seperti itu.

"Kang! Lagi apa..?" hanya itu yang keluar dari mulutku sementara tanganku sibuk membenahi pakaianku yang sudah tak karuan.

Aku baru sadar ternyata seluruh kancing baju tidurku semuanya terlepas dan bagian bawahnya sudah terangkat sampai ke pinggang. Untungnya saja celana dalamku masih terpakai rapi, hanya dadaku saja yang telanjang. Aku buru-buru menutupi ketelanjangan dadaku karena kulihat mata Kang Hendi yang liar nampaknya tak pernah berkedip menatap ke arah sana.

Saking takutnya aku tak bisa ngomong apa-apa dan hanya melongo melihat Kang Hendi semakin mendekat. Ia lalu duduk di bibir ranjang sambil meraih tanganku dan membisikan kata-kata rayuan bahwa aku ini cantik namun kurang beruntung dalam perkawinannya. Dadaku serasa mau meledak mendengar ucapannya. Apa hak dia untuk mengatakan semua itu? Aku tak butuh dengan belas kasihannya. Kalau saja aku tidak ingat akan istrinya, yang merupakan kakakku sendiri. Sudah kutampar mulut lancangnya itu. Apalagi ia sudah berani-berani masuk ke dalam kamarku malam-malam begini.

Teringat itu aku langsung bertanya, "Kemana Teh Mirna?".

"Ssst, tenang ia lagi di rumah yang di sana" kata Kang Hendi dengan tenang seolah tidak bersalah.

Kurang ajar, runtukku dalam hati. Pantesan berani masuk ke kamar. Tapi kok Teh Mirna nggak ngomong-ngomong sebelumnya.

"Kok dia nggak bilang-bilang mau pulang" Tanyaku heran.

"Tadinya mau ngomong. Tapi Kang Hendi bilang nggak usah kasihan Neng Anna sudah tidur, biar nanti Akang saja yang bilangin" jelasnya.

Dasar laki-laki kurang ajar. Istrinya dibohongi biar dia bebas masuk kamarku. Aku semakin marah. Pertama ia sudah kurang ajar masuk kamarku, kedua ia berani mengkhianati istrinya yang juga kakak kandungku sendiri!

"Akang sadar saya ini adikmu juga. Akang mau ngapain kemari.. Cuma.. ngh.. pake gituan aja" kataku seraya melirik Kang Hendi sekilas. Aku tak berani lama-lama karena takut melihat tatapannya.

"Neng.." panggilnya dengan suara parau.

"Akang kasihan lihat Neng Anna. Akhir-akhir ini kelihatannya semakin menderita saja" ucapnya kemudian.

"Akang tahu dari mana saya menderita" sergahku dengan mata mendelik.

"Eh.. jangan marah ya. Itu.. nggh.. Akang.. anu.." katanya dengan ragu-ragu.

"Ada apa kang?" tanyaku semakin penasaran sambil menatap wajahnya lekat-lekat.

"Anu.. eh, Akang lihat kamu selalu kesepian. Lama ditinggal suami, jadi Akang ingin Bantu kamu" katanya tanpa malu-malu.

"Maksud Akang?"

"Ini.. Akang, maaf neng.., pernah lihat Neng Anna kalau lagi tidur suka.." ungkapnya setengah-setengah.

"Jadi Akang suka ngintip saya?" tanyaku semakin sewot.

Kulihat ia mengangguk lemah untuk kemudian menatapku dengan penuh gairah.

"Akang ingin menolong kamu" bisiknya hampir tak terdengar.

Kepalaku serasa dihantam petir mendengar pengakuan dan keberaniannya mengungkapkan isi hatinya. Sungguh kurang ajar lelaki ini. Berbicara seperti itu tanpa merasa bersalah. Dadaku serasa sesak oleh amarah yang tak tersalurkan. Aku terdiam seribu bahasa, badanku serasa lemas tak bertenaga menghadapi kenyataan ini. Aku malu sekali pelampiasanku selama ini diketahui orang lain. Aku tak tahu sampai sejauh mana Kang Hendi melihat rahasia di tubuhku. Aku tak ingin membayangkannya.

Kang Hendi tidak menyerah begitu saja melihat kemarahanku. Kebingunganku telah membuat diriku kurang waspada. Aku tak tahu sejak kapan Kang Hendi merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku terjebak di ujung ranjang. Tak ada jalan bagiku untuk melarikan diri. Semuanya tertutup oleh tubuhnya yang jauh lebih besar dariku. Aku menyembunyikan kepalaku ketika ia merangkul tubuhku. Tercium aroma khas lelaki tersebar dari tubuh Kang Hendi. Aku rasakan otot-otot tubuhnya yang keras menempel di tubuhku. Kedua tangannya yang kekar melingkar sehingga tubuhku yang jauh lebih mungil tertutup sudah olehnya. Aku berontak sambil mendorong dadanya. Kang Hendi malah mempererat pelukannya. Aku terengah-engah dibuatnya. Tenagaku sama sekali tak berarti dibanding kekuatannya. Nampaknya usaha sia-sia belaka melawan tenaga lelaki yang sudah kesurupan ini.

"Kang inget.. saya kan adik Akang juga. Lepasin saya kang. Saya janji nggak akan bilang sama teteh atau siapa aja.." pintaku memelas saking putus asanya.

Hibaanku sama sekali tak dihiraukan. Kang Hendi memang sudah kerasukan. Wajahku diciumi dengan penuh nafsu bahkan tangannya sudah mulai menarik-narik pakaian tidurku. Aku berusaha menghindar dari ciuman itu sambil menahan pakaianku agr tak terbuka. Kami berkutat saling bertahan. Kudorong tubuh Kang Hendi sekuat tenaga sambil terus-terusan mengingatkan dia agar menghentikan perbuatannya. Lelaki yang sudah kerasukan ini mana bisa dicegah, justru sebaliknya ia semakin garang. Pakaian tidurku yang terbuat dari kain tipis tak mampu menahan kekuatan tenaganya. Hanya dengan sekali sentakan, terdengar suara pakaian dirobek. Aku terpekik kaget. Pakaianku robek hingga ke pinggang dan memperlihatkan dadaku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi.

Kulihat mata Kang Hendi melotot menyaksikan buah dadaku yang montok dan kenyal, menggelantung indah dan menggairahkan. Kedua tanganku dengan cepat menutupi ketelanjanganku dari tatapan liar mata lelaki itu. Upayaku itu membuat Kang Hendi semakin beringas. Ia marah dan menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di ranjang. Tubuhnya yang besar dan kekar itu langsung menindihku. Nafasku sampai tersengal menahan beban di atas tubuhku.

"Kang jangan!" cegahku ketika ia membuka tangannku dari atas dadaku.

Kedua tanganku dicekal dan dihimpit masing-masing di sisi kepalaku. Dadaku jadi terbuka lebar mempertontonkan keindahan buah dadaku yang menjulang tegar ke atas. Kepalaku meronta-ronta begitu kurasakan wajahnya mendekat ke atas dadaku. Kupejamkan mataku. Aku tak ingin menyaksikan bagian tubuhku yang tak pernah tersentuh orang lain kecuali suamiku itu, dirambah dengan kasar oleh Kang Hendi. Aku tak rela ia menjamahnya. Kucoba meronta di bawah himpitan tubuhnya. Sia-sia saja. Air mataku langsung menetes di pipi. Aku tak sanggup menahan tangisku atas perbuatan tak senonoh ini.

Kulihat wajah Kang Hendi menyeringai senang melihatku tak meronta lagi. Ia terus merayuku sambil berkata bahwa dirinya justru menolong diriku. Ia, katanya, akan berusaha memberikan apa yang selama ini kudambakan.

"Kamu tenang aja dan nikmati. Akang janji akan pelan-pelan. Nggak kasar asal kamu jangan berontak.." katanya kemudian.

Aku tak ingin mendengarkan umbaran bualan dan rayuannya. Aku tak mau Kang Hendi mengucapkan kata-kata seperti itu, karena aku tak rela diperlakukan seperti ini. Aku benar-benar tak berdaya di bawah kekuasaannya. Aku hanya bisa terkulai pasrah dan terpaksa membiarkan Kang Hendi menciumi wajahku sesuka hati. Bibirnya dengan leluasa mengulum bibirku, menjilati seluruh wajahku. Aku hanya diam tak bergerak dengan mata terpejam.

Hatiku menjerit merasakan cumbuannya yang semakin liar, menggerayang ke leher dan teus turun ke atas dadaku. Aku menahan nafas manakala bibirnya mulai menciumi kulit di seputar buah dadaku. Lidahnya menari-nari dengan bebas menelusuri kemulusan kulit buah dadaku. Kadang-kadang lidahnya menjentik sekali-sekali ke atas putingku.

"Nggak rela.. nggak rela..!" jeritku dalam hati.

Kudengar nafasnya semakin menderu kencang. Terdengar suara kecipakan mulutnya yang dengan rakus melumat seluruh payudaraku yang montok. Seolah ingin merasakan setiap inci kekenyalannya. Aku seakan terpana oleh cumbuannya. Hatiku bertanya-tanya. Apa yang sedang terjadi pada diriku. Kemana tenagaku? Kenapa aku tidak berontak? Kenapa membiarkan Kang Hendi berbuat semaunya padaku? Aku mendengus frustrasi oleh perasaanku sendiri. Aku benci pada diriku sendiri yang begitu mudah terpedaya oleh kelihaiannya bercumbu. Terjadi konflik bathin dalam diriku. Di satu sisi, aku tak ingin diriku menjadi sasaran empuk nafsu lelaki ini. Aku adalah seorang wanita bersuami. Terpandang. Memiliki kehormatan. Aku bukanlah wanita murahan yang dapat sesuka hati mencari kepuasan. Tetapi di sisi lain, aku merasakan suatu desakan dalam diriku sendiri. Suatu keinginan yang begitu kuat, meletup-letup tak terkendali. Kian lama kian kuat desakannya. Tubuhku sampai berguncang hebat merasakan perang bathin ini. Aku tak tahu mana yang lebih kuat. Bukankah perasaan ini yang kuimpikan setiap malam?

Tanpa sadar dari bibirku meluncur desisan dan rintihan lembut. Meski sangat perlahan, Kang Hendi dapat mendengarnya dan merasakan perubahan yang terjadi dari tubuhku. Ia ersenyum penuh kemenangan. Ia nampak begitu yakin bahwa aku akan menyerah kepadanya. Bahkan kedua cekalan tangannya pada tanganku pun dilepaskan dan berpindah ke atas buah dadaku untuk meremasnya. Ia sangat yakin aku tak akan berontak meski tanganku sudah terbebas dari cekalannya.

Memang tak dapat dipungkiri keyakinan Kang Hendi ini. Aku sendiri tidak memanfaatkan terbebasnya tanganku untuk mendorong tubuhnya dari atasku. Aku malah menaruhnya di atas kepala Kang Hendi yang bergerak bebas di atas dadaku. Tanganku malah meremas rambutnya, menekan kepalanya ke atas dadaku.

"Kang udah.. jangaann..!" rintihku masih memintanya berhenti.


Oh sungguh munafik sekali diriku! Mulutku terus-terusan mencegah namun kenyataannya aka malah mendorongnya untuk berbuat lebih jauh lagi. Akal sehatku sudah hilang entah kemana. Aku sudah tak ingat akan suamiku, kakakku, atau diriku sendiri. Yang kuingat hanyalah rangsangan dahysat akibat jilatan dan kuluman bibir Kang Hendi di seputar putingku. Tangannku menggerayang di atas punggungnya. Meraba-raba kekerasan otot-otot pejalnya. Aku semakin terbang melayang, membayangkan keperkasaannya. Inikah jawaban atas semua mimpi-mimpiku selama ini? Haruskah semua ini kulakukan? Meski dengan kakak iparku sendiri? Apakah aku harus mengorbankan semuanya? Pengkhianatan pada suamiku? Kakakku? Hanya untuk memuaskan keinginanku seorang? Aakkhh.. tidak.. tidak! jeritku mengingat semua ini.

Kamis, 18 Oktober 2012

makalah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tema, topik, dan judul merupakan salah satu unsur terpenting dalam membuat karya ilmiah. Antara tema, topik, dan judul itu berbeda. Topik dan tema harus ditentukan sebelum mulai menulis. Sedangkan judul tidak selalu demikian.Terkadang topik juga langsung di jadikan judul.
Dalam makalah ini akan penulis sajikan pengertian atau definisi masing-masing dari topik, tema, dan judul. Serta perbedaan tema, topik, dan judul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
Apa pengertian Tema?
Apa pengrtian  Topik?
Apa pengertian Judul?
Bagaimana cara memilih topik yang baik?
Apa saja batasan-batasan dalam topik?
Bagaiman cara memilih judul yang tepat?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melelui studi literature/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Adapun langkah pemecahan masalahnya adalah menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisian serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah;
Bab II, adalah pembahasan;
Bab II, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
a.     Syarat Tema yang Baik :
1.     Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2.     Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3.     Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4.     Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.

b.     Tema dapat dikesan melalui:
1.     Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2.     Peristiwa,kisah,suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3.     Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan.
4.     Plot cerita.

2.2  Pengertian Topik
Topik  adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.
a.     Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut :
1.     Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2.     Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3.     Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4.     Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan “Masalah apa yang akan ditulis? dan hendak menulis tentang apa?”
Ciri topik → permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai

Judul  adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
b.     Syarat-syarat pembuatan judul :
1.     Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2.     Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3.     Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.

c.    Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
1.     Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan
2.     Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

d.   Fungsi Judul
1.     Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
2.     Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya.
3.     Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
4.     Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujunnya.

Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan
1.    Tema → tithenai (Yunani) : menempatkan/meletakkan, suatu amanat utama yang disampaikan penulis melalui karangannya
Topik→ topoi (Yunani) : tempat, pokok pembicaraan
2.    Topik : Umum, Belum menggambarkan sudut pandang penulis.
Judul: Spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan terarah. Pembuatan judul berawal dari topik.

Persamaan Topik dan Judul, Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan. Syarat judul karangan:
  • Singkat dan padat
  • Menarik perhatian
  • Mengambarkan inti pembahas
  • Atraktif, bombastis, dan menarik perhatian (berita dan iklan).
2.3  Pengertian dan Definisi Karangan 

ü  Karangan  adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh 
ü  Karangan merupakan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur
ü  Karangan adalah tulisan yang disusun berdasarkan cara berfikir yang logis
ü  Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan dalam kesatuan yang utuh
ü  Karangan adalah ungkapan pikiran atau perasaan 


Kerangka karangan sangat menentukan bagus tidaknya hasil sebuah karangan karena dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa lebih terarah dan fokus dengan pokok pikiran serta tema yang telah ditentukan karena fungsi dari kerangka karangan adalah sebagai berikut:
ü  Memudahkan pengendalian variabel
ü  memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan, dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan
ü  Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis
ü  memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh
ü  Mencegah ketidaklengkapan bahasan
ü  Mencegah pengulangan pembahasan ide
ü  Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan.
                                             
Metode Pengaturan Dan Penyusunan Kerangka Karangan
Langkah-langkah dalam membuat sebuah karangan adalah diawali dengan penentuan tema dari karangan yang akan ditulis. Setelah tema ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan judul karangan kemudian diikuti dengan membuat kerangka karangan, menentukan pokok pikiran utama pada setiap paragraf dan yang terakhir adalah mengembangkan tiap pokok pikiran menjadi beberapa kalimat sehingga menjadi beberapa alinea.
a.    Perencanaan Penyusunan Karangan
Penulisan sebuah karangan harus memenuhi persyaratan.persyaratan ini menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajian,oleh sebab itu untuk membuat sebuah karangan perlu direncanakan dan tentunya sesuai dengan pengelompokkan karangannya, baik menurut bentuk, ragam, jenis, rumpun, ataupun macam karangannya. Pengelompokkan menurut jenis, ragam, dan rumpun memiliki keterkaitan yang saling terkait.
Dalam ragam sampai macam karangan kemungkinan pilihan semakin luas sehingga penentuan karangan yang akan ditulis harus semakin diarahkan untuk sampai pada pemilihan terakhir.
Kegiatan penulisan karangan merupakan kegiatan tunggal dan sebagai kesatuan proses.Dikatakan sebagai suatu kegiatan tunggal jika yang ditulis merupakan sebuah karangan yang sederhana,pendek,dan bahannya sudah dikuasai penuh.Sedangkan kegiatan yang merupakan proses, apabila kegiatan itu dilaksanakan dalam beberapa tahap yakni:
1.      Tahap Prapenulisan Dalam tahap prapenulisan direncanakan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalamseluruh kegiatan penulisan karangan.
2.      Tahap Penulisan Dalam tahap penulisan atau pengembangan,merupakan pelaksanaan tentang hal-hal yang direncanakan,ya itu pengembangan gagasan dalam  kalimat-kalimat,satuan paragraf, bagian atau bab.
3.      Tahap Revisi Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali mengenai keseluruhan yang telah ditulis,memperbaiki,mengubah,bahkan diperluas kembali isi karangannya.

Dalam merencanakan sebuah karangan agar menghasilkan karangan yang baik dan sistematis,terdapat langkah-langkahnya yakni menentukan:
1.   Topik dan Judul sumber-sumber topik bisa melalui :
a.      Sumber pengalaman yaitu apa-apa yang pernah dialami seseorang
b.     Sumber pengamatan
c.      Sumber imajinasi
d.     Sumber pendapat atau hasil penalaran.

b.       Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran serta dipertimbangkan
beberapa hal yaitu:
1.     Topik hendaknya menarik untuk dibahas. Topik yang menarik bukan bagi penulisnya saja tetapi diperkirakan juga menarik untuk pembaca.Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha untuk secara serius mencari  data yang penting dan relevan dengan masalah yang sedang dikarang,serta akan menimbulkan kegairahan dalam mengembangkannya dan akan mengundang minat pembaca.
2.     Dikuasai penulis. Penulis hendak memiliki pengetahuan mengenai pokok-pokok permasalahan.Topik merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis dari pada pembacanya.
3.     Menarik dan aktual. Minat pembaca merupakan hal penting yang harus  diperhatikan penulis walaupun yang menarik minat itu amat tergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu sendiri,namun hal-hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara umum:yang aktual,penting, penuh konflik,rahasia,humor,atau 
hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
4.     Topik tidak terlalu luas atau membatasi topik. Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal,sebaliknya topic yang terlalu sempit dalam sebuah karangan ilmiah,pembahasannya terlalu khusus tidak banyak berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Contoh untuk mempersempit atau membatasi topik untuk lebih speifik dari topik sebelumnya:
a.      Menurut tempat:negara tertentu lebih khusus daripada dunia.”Bandung Daerah Wisata”dapat dipersempit “Tangkuban Perahu dDaerah Wisata”.
b.     Menurut waktu atau periode / zaman : “Kebudayaan Indonesia” dapat dikhususkan
menjadi “Perdagangan Pada Zaman Majapahit”.
Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau
judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan,judul berfungsi
sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi
karangan.Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel
yang akan dibahas.


Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.      Relevan,ada hubungan dengan isi karangan (topik)
b.     Provokatif,dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca
c.      Singkat,mudah dipahami dan enteng diingat
d.     Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase.

Secara umum terdapat model perumusan judul karangan:
1.     Model judul untuk karangan populer seperti artikel untuk koran dan
majalah,cenderung menggunakan judul-judul yang singkat dan sangat provokatif
2.     Model judul untuk karangan ilmiah.
3.     Tema berarti pokok pemikiran,ide atau gagasan serta yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan.Tema dapat diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan,tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat disebut tesis.Perhatikan contoh dibawah ini. Topik : Belajar mengemukakan pendapat secara efektif.
Tujuan :Menjelaskan dan memahami bagaimana cara mengeluarkan pendapat secara  lisan,tertulis, logis, dan sistematis dalam bahasa yang baik secara efektif dan efisien. Perumusan tema hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a.Kejelasan,tema hendaknya dirumuskan dengan kalimat yang jelas,tidak berbelit-belit.
b.Kesatuan tema yang baik adalah tema yang memiliki satu gagasan
sentral.Sentralisasi gagasan ditandai oleh jumlah masalah pokok yang hendak
digarap penulis.
c.Keaslian (originalitas), hal ini penting untuk menciptakan kesegaran dan daya tarik karangan. 
4.     Pembuatan Outline Kerangka karangan adalah rencana kerja yang mengandung ketentuan- ketentuan tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang memuat garis-garis besar suatu karangan.
Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-
gagasan yang ada. Adapun manfaat kerangka karangan adalah:
1.   Memudahkan penyusunan kerangka secara teratur sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan mencegah jauh dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul
2.   Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dan yang tidak penting.
3.   Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan.
4.   Memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan secara memberaikan kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut sehingga membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda dengan fariasi yang diinginkan.
5.   Membantu mengumpulkan data dan sumber-sumber yang diperlukan.


Dalam proses penyusunan kerangka karangan ada tahap yang harus dijalani, yaitu memlih topik,mengumpulkan informasi, mengatur gagasan dan menulis kerangka itu sendiri.
Adapun langkah-langkah penyusunan kerangka karangan adalah sebagai
berikut:
1.     Mencatat semua ide Langkah ini dilakukan setelah penentuan topik atau tema dan tujuan karangan. Dalam langkah ini semua ide yang muncul nerkenaan dengan topik karangan yang diinfentarisasikan tanpa kecuali.
2.     Menyeleksi ide-ide Dasar-dasar penyeleksian adalah:
a.      Relefan-tidaknya ide dengan topik atau tujuan karangan
b.     Penting-tidaknya ide tersebut untuk dibahas.
c.      Dikuasai-tidaknya ide tersebut oleh penulis.
d.     Ada tidaknya data atau penunjang untuk membahasnya.
3.     Mengurutkan dan mengelompokkan ide-ide secara tepat.

Langkah penyeleksian untuk menyelesikan ide-ide dengan topik karangan. Namun demikian langkah langkah itu belum menjamin kelogisan hubungan antara
ide-idenya.Untuk itulah diperlukan langkah pengurutan dan pengelompokan.Ide-ide
yang berdekatan,disatukan dalam satu topik atau pada rumusan ide yang lebih luas.
Dengan berpedoman pada kerangka karangan,seorang penulis dapat menyusun karangan secara teratur dan mempersiapkan bahan yang dipersiapkan,karena pada prinsipnya menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam subtopik dan mungkin selsnjutnya kedalam sub-sub topik.Cara penyususan ide-ide dapat dilakukan dalam berbagai pola pengembangan,dalam berbagai bentuk karangan :

1.   Narasi
Pola pengembangannya dapt disusun dari mulai :
a.      urutan kejadian
b.     penjelas tentang proses
c.      sorot balik
d.     titik pandang
e.      akibat dramatis
2.   Deskripsi
Pola pengembangan bisa dimulai dari :
a.      Spasial
b.     Objekip
c.      Subjektip
d.     Observasi
e.      Focus
f.      Seleksi
3.   Eksposisi
Pola pengembangannya dapt disusun dari mulai :
a.      Proses
b.     Kausalitas
c.      Klimaks
4.   Pengumpulan data pada waktu memilih dan membasi topik kita hendaklah sudah memperkirakan kemungkinan mendapatkan bahan. Dengan membatasi topik, penulisan sebetulnya sudah memusatkan perhatian pada topik yang terbatas,serta mengumpulkan bahan yang khusus pula.Dengan bahan–bahan yang khusus ini kita berusaha membahas topik sacara terinci dan memdalam. Sumber Bahan Penulisan
Yang dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi yang digunakan untuk mencapai tuluan penulisan .Informasi itu, mungkin merupakan teori, contoh-contoh, rincian atau detil, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungan sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka ,kutipan, gagasan dan sebagainya.
Sumber-sumber penulisan :

a.      Bahan dari bacaan Kita dapat mencari bahan penulisan dengan membaca buku-buku, malah, dan bahan-bahan bacaan lainnya terutama di perpustakaan.
Bahan bacaan di perpustakaan di bedakan menjadi tiga:
1.     Bahan bacaan yang memberikan gambaran umum tentang topik yang dipilih
2.     Bahan bacaan yang harus dibaca kritik dan mendalam
3.     Bahan bacaan tambahan sabagai pelengkap bahan-bahan yang sudah data.
b.     Pengamatan
Agar dapat melakukan pengamatan secara cermat,kita perlu berlatih mengamati
sebuah objek dari jarak yang lebihdekat.Dalam hal ini tentunya diperlukan
konsenyrasi dan minat yang memadai .Jika kita tidak memeliki perhatian dan
minat yang memadai maka kita akan memperoleh bahan berupa kesan umum yang kerap sekali kurang jelas.
c.      Wawancara dan angket
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan bahan dengan menanyakan langsung kepada informan atau orang yang berwenang. Angket ialah daftar pertanyaan yang disampaikan sasaran untuik diisi melalui angket ini kita dapat memperoleh keterangan dari responden dalam wilayah yang lebih luas
d.     Kewenangan
Pendapat yang dikemukakan oleh orang yang berwenang, juga dapat dijadikan
bahan penulisan. Hanya dalam hal ini kita harus berhati hati dalam memilihnya.
Sikap kritis kita dituntut karena pendapat yang dikemukakan sering bersifat
subjektif.
e.      Penulisan Draft
Penulisan draft merupakan pengklasifikasian data yang telah terkumpul yang
kemudian disusun menjadi sebuah wacana yang terdapat dalam karangan.
5.   Penyuntingan wacana dalam penulisan karangan hendaknya melakukan pengeditan ulang terhadap bahan yang akan disajikan karena bahan tersebut harus sesuai dengan bahasa diksi, alinea dan kalimat.Contohnya: Penulisan kutipan yang benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1.   Kesimpulan
ü  Tema berarti pokok pemikiran,ide atau gagasan serta yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan.Tema dapat diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan,tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat disebut tesis.Perhatikan contoh dibawah ini.
ü  Topik : Belajar mengemukakan pendapat secara efektif. Tujuan :Menjelaskan dan memahami bagaimana cara mengeluarkan pendapat secara
lisan,tertulis, logis, dan sistematis dalam bahasa yang baik secara efektif dan
efisien.
ü  Karangan  adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan merupakan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan adalah tulisan yang disusun berdasarkan cara berfikir yang logis. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan dalam kesatuan yang utuh. Karangan adalah ungkapan pikiran atau perasaan.

2.   SARAN
Dengan memahami dan menguasai berbagai kaidah penulisan tema, topik, dan kerangka karangan. Diharapkan pembaca dapat membuat tema, topik, dan kerangka karangan yang baik dan benar. Setidaknya dengan memahami pembahasan makalah penulis kali ini, pembaca menjadi paham bagaimana cara membuat tema, topik, dan judul dengan baik dan sisitematis dan mengerti apa saja syarat-syarat penyusunan tema, topik, dan kerangka karangan agar didapat suatu karya yang baik dan benar, serta menghindari kekeliruan penentuan.
Para dosen, guru, atau mahasiswa yang senantiasa bergerak dengan tulisan atau karya ilmiah, sangat besar peranannya dalam pembinaan pembuatan karya ilmiah khususnya dalam penentuan tema, topik, dan kerangka karangan. Oleh karena itu, sangat masuk akal jika para doseen, guru, atau mahasisiwa perlu rajin membaca sebagai modal dasar bagi seorang penulis. Selain itu, kemauan, motivasi, dan kemampuan menulis merupakan modal dasar yang mutlak dimiliki oleh seseorang dalam menulis karya ilmiah.
Bagi  pemula, untuk membuat suatu karya ilmiah diperlukan kejelian untuk menentukan tema, topik, dan kerangka karangan. Sebaiknya dalam  mengambil tema, topik, dan judul yang sesuai dengna materi yang dikuasai. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam pembahasan karya ilmiah atau karangan. Selanjutnya, teruslah mencipta dan jangan lelah untuk terus belajar serta perhatikan hal-hal yang penting dalam penulisan atau penentuan tema, topik, dan kerangka karangan.


















DAFTAR PUSTAKA

1.     Djiko Widagdo, 1997, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2.     Karyanto, Umum Budi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
3.     Widagdo, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.