BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air. Sedangkan jalan raya ialah
jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial,
ekonomi, politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan
jaringan-jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan
dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sebuah pepatah mengatakan: “Bagaimana
jalannya demikian pula bangsanya”, dan hanya bangsa yang ingin maju saja
mengerti akan arti pentingnya jalan pada khususnya dan perhubungan pada
umumnya.
Tujuan Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota
Sigli (2 Jalur 2 Arah), di karenakan jalan yang
di lalui sudah sangat rusak dan sempit untuk sebuah jalan antar provinsi yang di
lintasi oleh kendaraan roda dua, mobil baik roda empat maupun lebih dari pada
empat. Dan kondisi jalan yang sudah rusak parah dan banyak menimbulkan korban
lalu lintas. Pembangunan
dan pengembangan sarana transportasi di Propinsi Aceh, masih perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah khususnya dinas pekerjaan umum karena masih
banyak daerah–daerah yang harus di beri perhatian lebih karena kondisi sarana
transportasinya yang sudah sangat parah dan harus segera di perbaiki untuk
lebih baik di lewati kendaraan.
Rekonstruksi/Peningkatan Struktur
Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah), dengan
sumber dana dari APBN
tahun anggaran 2014 No kontrak
HK.02.03/CTR-Br.A2/13/APBN/2014 dengan tanggal kontrak 30 Januari 2014. Yang kemudian diadakan
pelelangan yang di ikuti oleh beberapa kontraktor, pemenang yang berhak pada
proyek ini adalah PT. PIYEUNG JAYA PERKASA dengan
nilai kontrak Rp. 26.802.000.000,- (Dua Puluh Enam Milyar Delapan Ratus Dua Juta Rupiah)
adalah upaya untuk membangun jalan nasional lebih baik dari sebelumnya.
Pemilik proyek pada
proyek Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota
Sigli (2 Jalur 2 Arah) yaitu Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
balai besar pelaksaan jalan nasional 1. Untuk memudah kan pelaksanaan dan
pengawasan, pemilik proyek menunjuk wakilnya, yang merupakan suatu perusahaan
yang berada di bawah koordinasi proyek. Konsultan pengawas pada proyek ini
adalah PT. WIDYA GRAHA ASANA. Selain pemilik proyek,
didalam organisasi proyek kontruksi juga harus ada konsultan perencana. Pada
proyek ini yang bertindak sebagai perencana
dipercayakan kepada PT. MEGA KARYA
NUSANTARA
1.2 Struktur
Organisasi Proyek
Struktur
organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarlisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau
besaran satuan kerja.
Untuk memperoleh
hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan maka setiap pekerjaan suatu
proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi yang berfungsi untuk mengatur
manajemen kerja, sehingga setiap pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik.
Dengan demikian unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab. Hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lain harus selalu baik dan tidak melampaui
batas wewenang dan kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai tepat
pada waktu yang telah ditentukan, pengelolaan manajemen yang baik juga sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan proyek yang sedang dilaksanakan.
Untuk
mendukung kelancaran pekerjaan
pemeliharaan jalan ini
diperlukan struktur organisasi yang teratur dan jelas. Dalam struktur
organisasi tersebut ada empat unsur yang terlibat dan memegang peranan
penting dalam menangani pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan
lancar.
Secara hukum dan fungsional seluruh bagian organisasi ini terkait dan
saling bekerja sama sesuai dengan fungsinya baik secara administrasi maupun
dalam pelaksanaan di lapangan. Berikut adalah unsur-unsur yang terlibat dalam
struktur organisasi yaitu:
1.
PA/KPA (Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran)
2. PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen).
3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
4. Konsultan Perencana
5. Konsultan
Pengawas
6. Penyedia Barang/Jasa
Untuk pelaksanaan proyek dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan kerja antar unsur-unsur
yang terlibat di dalamnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1
|
PPK
|
|
PANITIA/PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN
|
|
KONSULTAN PERENCANA
|
|
KONSULTAN PENGAWAS
|
|
PENYEDIA BARANG/JASA
|
Gambar
1.1 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum
1.2.1
PA/KPA (Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran)
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah,
pengguna anggaran atau PA adalah pejabat pemegang kewenangan pengguna anggaran
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan
pada Instutusi Pengguna APBN/APBD. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran atau KPA
adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan
oleh Kepala Daerah untuk Menggunakan APBD
1.2.2
PPK
Pejabat Pembuat Komitmen merupakan tokoh penting dalam pengadaan barang dan jasa, PPK
merupakan orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
barang/jasa (Perpres 70 Tahun 2012). Sehingga PPK
bertanggung jawab secara administrasi, teknis dan finansial terhadap pengadaan
barang dan jasa. Adapun tugas dan tanggung jawab PPK yang
diatur dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia (Perpres) No.70
Tahun 2012 adalah
sebagai berikut:
a)
Menetapkan rencana
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi spesifikasi teknis barang/jasa,
Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dan rancangan kontrak.
b)
Menerbitkan surat
penunjukan penyedia barang/jasa
c)
Menyetujui bukti
pembelian atau menandatangani kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat
perjanjian.
d)
melaksanaan
kontrak dengan penyedia barang/jasa
e)
mengendalikan
pelaksanaan kontrak
f)
Melaporkan pelaksanaan
dan menyerahkan hasil pekerjaan.
g)
Menyerahkan hasil
pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA dengan berita acara penyerahan
h)
Melaporkan kemajuan
pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan
kepada PA/KPA setiap triwulan
i)
Menyimpan dan
menjaga seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
1.2.3
Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Panitia/pejabat penerima
hasil pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk:
a)
Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak
b)
Menerima
hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian
c)
Membuat dan menandatangani berita acara serah terima
hasil pekerjaan.
1.2.4
Konsultan Perencana
Konsultan
perencana merupakan suatu badan perorangan atau badan hukum yang dipilh oleh
pemilik proyek ataupun kontraktor pelaksana untuk melakukan perencanaan.
Konsultan perencana terdiri atas 5, yaitu:
a)
Konsultan perencana arsitektur
b)
Konsultan struktur bangunan
c)
Perencana MEP bangunan
d)
Quantity surveyor
e)
Konsultan Landscape
Konsultan
perencana arsitektur yang ditunjuk oleh owner, berada langsung di bawah owner
karena memegang peranan penting untuk perencanaan awal/konsep desain dari segi
arsitektur dan estetika ruangan. Tugas dari konsultan perencana arsitektur
adalah:
Ø Membuat
gambar/desain dan dimensi bangunan secara lengkap dengan spesifikasi teknik,
fasilitas dan penempatannya.
Ø Menentukan
spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada bangunan proyek ini.
Ø Membuat
gambar-gambar rencana dan syarat-syarat teknis secara administrasi untuk
pelaksanaan proyek.
Ø Membuat
perencanaan dan gambar-gambar ulang atau revisi bilamana diperlukan
Ø Bertanggung
jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang dibuatnya apabila sewaktu-waktu
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Konsultan
perencana arsitektur dapat bekerja sama dengan renik (hardscape) sebagai landscape
consultant untuk merencanakan tata letak (perancangan taman), estetika
bangunan dan sebagainya. Sedangkan quantity
surveyor membangun owner dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari
perencanaan arsitektur.
Konsultan
perencana struktur bertugas merencanakan dan merancang struktur yang sesuai
dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur atas
maupun struktur bawah dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain
kondisi, fungsi bangunan, bentuk bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan,
serta kondisi alamnya.
Tugas
dan wewenang konsultan perencana struktur antara lain adalah:
Ø Membuat
perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah ditetapkan sebelumnya
Ø Membuat
rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail serta rincian
volume pekerjaan.
Ø Memberikan
penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa konstruksi.
Konsultan
perencana MEP merupakan badan atau organisasi yang ahli dalam bidang mechanical, electrical, and plumbing.
Tugas dan wewenang konsultan perencanan mechanical,
electrical dan plumbing adalah:
Ø Merencanakan
instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan listrik serta berbagai perlengkapan
seperti misalnya AC, perlengkapan penerangan, plumbing, generator, pemadam
kebakaran, telepon, dan sound system sesuai dengan keadaaan dan fungsi
bangunan.
Ø Memberikan
penjelasan pada waktu rapat, menyusun dokumen pelaksanaan dan melakukan
pengawasan berkala dan melaporkannya pada kontraktor utama.
1.2.5
Konsultan Pengawas
Konsultan
pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan
pekerjaan pengawasan PT. WIDYA GRAHA ASANA adalah
Konsultan pengawas yang mengawasi proyek Rekonstruksi/Peningkatan
Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalaur 2 Arah). Konsultan
pengawas dapat berupa badan
usaha atau perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya
masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik
dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam waktu
cepat dan efisien. Konsultan pengawas dalam
suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan
administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
b) Melaksanakan
pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
c) Menerbitkan
laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.
d) Konsultan
pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun
kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
e) Mengoreksi
dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan proyek.
f) Memilih
dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh kontraktor
agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak
kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
Konsultan pengawas juga memiliki
wewenang sebagai berikut:
a) Memperingatkan
atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap
kontrak kerja.
b) Menghentikan
pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang
diberikan.
c) Memberikan
tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
d) Konsultan
pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
e) Melakukan
perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (Site Instruction).
f) Mengoreksi
pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja
yang telah disepakati sebelumnya.
Konsultan
pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala besar seperti gedung
bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal manajement konstruksi atau
MK namun perbedaanya adalah MK mengelola jalanya proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai
berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas mengawasi jalanya
pelaksanaan proyek saja. Dalam
kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan
pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan
pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor
dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat terpengaruh
dari proses aproval material atau shop
drawing dari konsultan pengawas.
1.2.6
Penyedia
Barang/Jasa
Menurut
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 70 Tahun 2012, penyedia barang/jasa
adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa konsultasi/jasa lainnya. Dalam pekerjaan ini, yang bertindak
sebagai penyedia barang/jasa adalah PT. PIYEUNG JAYA PERKASA. Sebagai
penyedia Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a)
Memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha.
b)
Memiliki
keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa.
c)
Memperoleh
paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu
4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk
pengalaman subkontrak.
d)
Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada huruf c dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang
baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
e)
Memiliki
sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam
Pengadaan Barang/Jasa
f)
Dalam
hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus
mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat persentase
kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.
g)
Memiliki
kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha
non-kecil.
h)
Memiliki
Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non kecil kecuali untuk Pengadaan Barang dan
Jasa Konsultansi.
i)
Khusus
untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki
dukungan keuangan dari bank.
j)
Khusus
untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan
Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut.
k)
Tidak
dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan dan/ atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan
tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat
pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa.
l)
Sebagai
wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan
bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29
dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam
tahun berjalan.
m)
Secara
hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak.
n)
Tidak
masuk dalam Daftar Hitam.
o)
Memiliki
alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.
p)
Menandatangani
Pakta Integritas.
1.3 Konsentrasi
Tinjauan
Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota
Sigli (2
Jalur 2 Arah). Material yang digunakan
pada lapis pondasi atas material yang mempunyai keawetan dan mempunyai minimal
satu bidang pecah. Untuk pencampuran agregat dilakukan di tempat pencampuran
yang telah ditetapkan. Tebal Lapisan Pondasi Atas adalah 15 cm. Pada Lapisan Pondasi Atas (Base Course) terdapat beberapa masalah
yaitu pada
sebagian ruas terdapat material agregat yang tidak sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan,
solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah terebut adalah dengan membuat
gambar ulang yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Untuk pekerjaan Lapisan Perkerasan atau Penutup (Surface Course), pekerjaan ini dihampar
di atas lapis pondasi aggregat kelas A yang telah dilapisi dengan lapis resap pengikat.
Pada pekerjaan lapis perkerasan menggunakan Aspal
Concrete-Base yang terdiri dari campuran agregat kasar dan agregat halus
dan piler sebagai bahan pengisi. Tebal lapis perkerasan adalah 7,5 cm. Lapisan
permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan
lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.
Masalah yang terjadi adalah faktor buruknya cuaca pada saat pengerjaan.
1.3.1 Tujuan
Tinjauan
Tujuan tinjauan pada pekerjaan
ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan dan proses
pekerjaan, dimulai dari penyiapan material, penyimpanan material hingga proses
pengangkutan dan penghamparan material di lokasi pekerjaan proyek. Tujuan
tinjauan lain adalah untuk mengetahui proses penyiapan
material yang dilakukan dan kemudian membandingkan hasil pengamatan dengan
teori yang didapat di bangku perkuliahan.
1.3.2
Hasil Tinjauan
Berdasarkan
hasil tinjauan
dilapangan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (Base Course) pada saat penghamparan menggunakan motor grader selalu terdapat permasalahan pada proses perataan
hamparan material karena kondisi permukaan yang tidak rata. Proses perataan
harus diulang beberapa kali agar permukaan dapat sesuai dengan spek dan gambar
rencana. Setelah material diratakan dan di gilas perlu dilakukan penyiraman
agar permukaan jalan tidak kering dan berdebu karena dapat mengganggu
masyarakat sekitar lokasi pekerjaan. Penyiraman
dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Proses penyiraman ini juga berfungsi untuk
pemadatan, karena dengan adanya penyiraman ini maka rongga-rongga antara
agregat akan terpadatkan dengan sendirinya. Setelah pemadatan selesai
selanjutnya dilakukan pekerjaan hubungan antara hamparan baru dengan hamparan
lama dengan cara menghamparkan aspal cair (Prime
Coat) yang diencerkan dengan memakai bensin dengan perbandingan 1:2 (Volume) atau 0,8 liter/m2 dilakukan
dengan semprotan atau ditaburkan dengan tipis.
Untuk
Lapisan Perkerasan / Penutup (Surface Course) Suhu aspal pada saat dimasak mencapai suhu 140º, kemudian
dihamparkan kebadan jalan, penghamparan awal dilakukan pada temperature 125ºC sampai 130ºC
lalu dipadatkan dengan Tandem Roller yang bekerja secara horizontal. Jarak passing
pemadatan adalah 100
m. setelah pamadatan dengan Tandem Roller
selesai, pekerjaan pemadatan dilanjutkan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller.
BAB
II
LINGKUP
PEKERJAAN
Kelancaran suatu
proyek sangat ditentukan oleh pengaturan langkah-langkah kerja untuk setiap
pekerjaan. Adapun ruang lingkup
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada proyek Rekontruksi/
Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim
kota Sigli (2 Jalur 2 Arah) ini sebagai
berikut :
1.
Umum
2.
Drainase
3.
Pekerjaan
Tanah
4.
Pelebaran
Perkerasan dan Bahu Jalan
5.
Pekerjaan
Berbutir
6.
Pekerjaan
Aspal
7.
Struktur
8.
Pengembalian
Kondisi dan Pekerjaan Minor
2.1 Umum
Umum merupakan pekerjaan yang sifatnya
sementara, yaitu merupakan langkah awal dari suatu pengolahan pekerjaan proyek.
Umum
meliputi pekerjaan-pekerjaan yang akan dijelaskan berikut ini.
2.1.1 Mobilisasi
Kegiatan
ini akan segera dilaksanakan diawal-awal masa pelaksanaan dan setelah selesai
pekerjaan. Sejumlah peralatan dan tenaga kerja yang terdiri dari para Mandor,
pekerja, dan tukang yang digunakan dalam pekerjaan ini akan segera didatangkan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat perintah mulai kerja
(SPMK) oleh pemilik pekerjaan. Demikian pula halnya dengan sebahagian tenaga
kerja yang termasuk dalam personil inti, antara lain Site Manager dan juru ukur
saat ini sudah dalam keadaan
standby disekitar Lokasi
Proyek.
Untuk mobilisasi peralatan utama, akan dimulai dengan mengangkut peralatan
survey, motor grader, vibrator roller, excavator, dan dump truck. Sedangkan compressor, asphalt sprayer, asphalt
finisher, tandem roller, dan tyre
roller akan didatangkan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan.
2.1.2 Manajemen
dan Keselamatan Lalulintas
Pengaturan lalu
lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna menjamin pada saat
pelaksanaan pekerjaan yang tentunya pada saat aktivitas lalu lintas berjalan
kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga terlindungi dari kerusakan
yang bisa diakibatkan
oleh
lalu lintas tersebut. Adapun pengaturan lalu lintas itu dapat berupa :
-
Rambu dan penghalang yang dipasang saat
atau tidak berlangsung pekerjaan dan rambu ini dapat dituliskan peringatan :
“HATI – HATI! ADA PEKERJAAN
GALIAN”.
-
Petugas bendera, personil ini
ditempatkan pada setiap lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung dan bertugas
mengatur arah serta memberi aba –aba kepada driver dan operator alat berat agar lalu lintas tidak
menjadi
terhenti apabila pekerjaan sedang berlangsung.
-
Rambu traffic line sperti : traffic
cone (kerucut), traffic cone
berlampu untuk pekerjaan pada malam hari, flash
light, dan lain-lain yang juga dapat menjadi pengaturan lalu lintas.
2.1.3 Pengamanan Lingkup Hidup
Pengamanan lingkup hidup meliputi :
-
Kontraktor akan menyiapkan program
mereduksi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pelaksanaan pekerjaan
-
Menghindar
pencemaran udara, air, dan mereduksi kebisingan akibat penggunaan peralatan
kerja.
2.2
Drainase
2.2.1 Galian
untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
Pada galian ini,
untuk selokan drainase dan saluran air merupakan galian yang membentuk
penampang galian sesuai gambar. penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator. Material galian disingkirkan sedemikian,
hingga tidak akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
2.2.2 Pasangan
Batu dengan Mortar
Pasangan
batu dengan mortar dilakukan pada lining saluran drainase dengan ketebalan 15
cm. Pemasangan batu dilakukan dengan
menyusun batu dan diberi mortar sedemikian rupa, batu saling mengunci dan batu
terselimuti lapisan mortar.
Pemasangan dimulai dengan
pembentukan kedua sisi dinding, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan lantai
saluran dengan memperhatikan kemiringan arah aliran sedemikian rupa kemudian
drainase akan berfungsi sebagai mana direncanakan.
2.3 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan
ini mencakup penggalian, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu dan bahan
lain dari jalan sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam kontrak ini.
2.3.1 Galian Biasa
Galian biasa dilakukan agar lapisan pondasi dapat
diletakkan dan material galian disingkirkan agar tidak mengganggu pekerjaan
selanjutnya.
2.3.2 Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine
Perkerasan
jalan yang akan dibongkar ditandai dengan penempatan garis membentuk bingkai
bagian yang akan dibongkar. Jack Hammer melakukan
pemotongan hingga mencapai ketebalan perkerasan aspal sesuai dengan bentuk
garis bongkaran.
Setelah
seluruh bingkai bongkaran dipotong, maka dilanjutkan dengan pembongkaran
perkerasan aspal. Apabila luas pembongkaran kecil, maka dilakukan secara
manual. Sedangkan luas pembongkaran besar, maka dilakukan pembongkaran dengan motor grader.
2.3.3 Timbunan Biasa
Material
timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan, kemudian setiap lapisan
dihampar menggunakan motor grader dengan
ketebalan maksimum 20 cm dan dipadatkan menggunakan vibrator roller sambil disiram air hingga mencapai kadar air
optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan, kemudian dihampar lapisan
berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan yang telah direncanakan.
2.3.4 Timbunan Pilihan
Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi
pekerjaan, kemudian setiap lapisan dihampar menggunakan motor grader dengan ketebalan maksimum 20 cm dan dipadatkan
menggunakan vibrator roller sambil
disiram air hingga mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai
dipadatkan, kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi
timbunan yang telah direncanakan.
2.3.5 Penyiapan
Badan Jalan
Pekerjaan
penyiapan badan jalan mencakup pengelupasan/penggarukan dan pemadatan permukaan
tanah dasar atau permukaan jalan lama untuk penghamparan lapis pondasi agregat.
Penyiapan badan jalan dilakukan dengan cara mengupas dan membuang bagian
permukaan jalan yang ditumbuhi rumput atau semak dan meratakan permukaan badan
jalan dengan menggunakan motor grader.
Setelah badan jalan rata dan terbentuk vibrator
roller akan memadatkan permukaan yang telah dipotong atau diratakan motor grader.
2.3.6 Pemotongan Pohon
Pemotongan
pohon dilakukan apabila pohon telah tumbuh pada lokasi pekerjaan. Pemotongan
ini dilakukan agar dapat menghamparkan setiap lapisan material dan agar akar
pohon tidak terus menerus tumbuh kepermukaan yang dapat mengakibatkan rusaknya
jalan dikemudian hari.
Pemotongan
dilakukan dengan menggunakan excavator dan
ditarik oleh beberapa orang menggunakan tali katrol ke arah yang tidak ada
rumah masyarakat.
2.4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Pelebaran perkerasan dan bahu jalan menggunakan
agregat yang sesuai dengan spek yang sudah ditentukan dalam kontrak kerja
antara pemilik proyek (owner) dan
kontraktor pelaksana.
2.4.1 Lapis
Pondasi Agregat Kelas B
Material agregat kelas B didatangkan dan ditempatkan pada
lokasi pekerjaan pondasi pelebaran dan bahu jalan dengan menumpuk pada sejumlah
titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian dihampar
dengan menggunakan motor grader dengan
ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk
menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan vibrator roller mencapai ketebalan 15 cm
sesuai dengan yang telah ditentukan.
2.4.2 Lapis
Pondasi Agregat Kelas A
Material agregat kelas A didatangkan dan ditempatkan pada
lokasi pekerjaan pondasi pelebaran dan bahu jalan dengan menumpuk pada sejumlah
titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian dihampar
dengan menggunakan motor grader dengan
ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk
menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan vibrator roller mencapai ketebalan 15 cm
sesuai dengan yang telah ditentukan.
2.4.3 Lapis
Resap Pengikat
Bahan
Lapis resap pengikat umumnya adalah Aspal dengan penetrasi 80/100 atau
penetrasi 60/70 yang di cairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan
berkisar 0,4 sampai 1,3 liter/m2 untuk lapis pondasi agregat kelas
A. dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah
pengeringan selama 4 sampai 6 jam bahan pengikat harus telah meresap kedalam
lapis pondasi,lapis peresap yang lebih dapat mengakibatkan pelelehan
(bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser, untuk itu
pada daerah yang berlebih di taburi dengan pasir dan dibiarkan agar pasir
tersebut diselimuti aspal. Kegunaan dari lapis pengikat adalah
1.
Memberikan
daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal.
2.
Mencegah
lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika di lewati kendaraan sebelum di
lapis dengan campuran aspal.
3.
Menjaga
lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan sehingga air tidak
masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang biasa menyebabkan kerusakan
struktur jalan.
2.5 Perkerasan Berbutir
2.5.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Pada pekerjaan
ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan dump truck, kemudian material dihampar dan
diratakan dengan menggunakan grader.
Selanjutnya
material dipadatkan dengan menggunakan vibrator
roller sampai benar – benar padat. Selama proses pemadatan berlangsung water tank juga digunakan untuk
menyirami agregat. Ketebalan lapisan pondasi ini sesuai dengan gambar kerja.
Pemadatan dilakukan berulang kali agar mendapatkan kepadatan yang maksimal.
2.5.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Pada
pekerjaan ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan dump
truk,kemudian material dihampar dan diratakan dengan menggunakan
grader.Selanjutnya material dipadatkan dengan menggunakan vibrator roller sampai benar – benar padat. Selama proses pemadatan
berlangsung water tank juga digunakan
untuk menyirami agregat. Ketebalan lapisan pondasi ini sesuai dengan gambar
kerja. Pemadatan dilakukan berulang kali agar mendapatkan kepadatan yang
maksimal.
2.6 Perkerasan Aspal
2.6.1 Lapis
Resap Pengikat – Aspal Cair ( Prime Coat
)
Pekerjaan prime coat adalah peleburan permukaan
perkerasan yang akan dilapisi perkerasan aspal baru dengan bahan perekat (prime coat) dengan tujuan agar terjadi
ikatan antara permukaan lapis pondasi agregat atau perkerasan beton dengan
lapisan permukaan baru (AC – base).
Bahan aspal untuk lapis resap
pengikat berupa aspal emulsi reaksi sedang atau reaksi lambat yang memenuhi SNI
03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat mennjukkan peresapan yang
baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi yang harus
mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi tidak kurang dari 60% dan
mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100.
2.6.2 Lapis Perekat - Aspal Cair
Di
atas hamparan aspal lama, sebelum dilanjutkan penghamparan AC-WC dilakukan
pelaburan lapis perekat. Air Compressor digunakan
untuk membersihkan badan jalan. Kemudian dilakukan pelaburan lapis perekat
dengan mengarahkan sprayer secara tegak lurus bidang semprot.
Aspal
dipanaskan dalam suhu sesuai spesifikasi, dan kadar pelaburan sesuai takaran per
m2 bidang semprot. Permukaan yang telah dilaburi lapis perekat akan
tetap dipelihara sampai lapisan berikutnya dihampar.
2.6.3 Laston Aus/Asphal Concrete – Wearing Course ( AC-WC)
Pada
bagian ini sepatu asphalt finisher terlebih
dahulu dipanaskan dan vibrator pada asphalt finisher dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan. Campuran aspal panas dituang dari dump truck ke dalam bak asphalt finisher, kemudian asphalt finisher menghampar lapisan
aspal dengan ketebalan tertentu dan bila dipadatkan mencapai hasil sesuai yang
telah ditetapkan.
Asphalt finisher dioperasikan dengan
suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, segregasi dan tidak
ratanya permukaan. Sebelum bak penghampar Asphal
finisher kosong, sejumlah campuran aspal panas lainnya dituangkan kembali
ke dalam bak agar temperatur aspal dapat terjaga sesuai yang tetentukan.
Setelah penghamparan AC-WC, maka dilakukan pemadatan yang melalui beberapa
tahap, yaitu :
1. Pemadatan
awal ( Breakdown I )
Pemadatan awal dilakukan dengan
menggunakan alat pemadat Tandem Roller.
Fungsi dari pemadatan awal ini adalah untuk meratakan permukaan. Roda Tandem Roller yang digunakan harus
selalu dalam keadaan basah, agar hamparan AC – BC tidak melekat pada roda saat
pemadatan berlangsung.
2. Pemadatan
kedua ( Breakdown II )
Pemadatan kedua ini dilakukan dengan
menggunakan mesin penggilas ban karet (
Pneumatic Tire Roller ). Ban Pneumatic
Tire Roller harus selalu basah agar hamparan material tidak melekat pada
ban, sehingga ban karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya
campuran aspal pada roda.
3. Pemadatan
akhir ( Breakdown III )
Pemadatan ini digunakan alat pemadat Tandem Roller untuk meratakan permukaan
aspal agar pengendara nyaman pada saat melewati diatas permukaan aspal.
2.6.4 Laston
Lapis Antara/asphalt
concrete – bender course
( AC – BC)
Bahan untuk pekerjaan ini disiapkan dalam AMP (Asphalt Mixing Plant) dimana
komposisinya sudah diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang baik,
baik campuran maupun suhunya. Bahan lapisan ini dibawa ke lokasi dengan
menggunakan Dump Truck dan kemudian
dihampar dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana. Setelah penghamparan AC
–BC, maka dilakukan beberapa tahap
pemadatan, yaitu :
1. Pemadatan
awal ( Breakdown I )
Pemadatan awal dilakukan pada suhu 125°C
dengan menggunakan alat pemadat Tandem
Roller. Fungsi dari pemadatan awal ini adalah untuk meratakan permukaan.
Roda Tandem Roller yang digunakan
harus selalu dalam keadaan basah, agar hamparan AC – BC tidak melekat pada roda
saat pemadatan berlangsung.
2. Pemadatan
kedua ( Breakdown II )
Pemadatan kedua ini dilakukan pada suhu
90°C dengan menggunakan mesin penggilas ban karet ( Pneumatic Tire Roller ). Ban Pneumatic
Tire Roller harus selalu basah agar hamparan material tidak melekat pada
ban, sehingga ban karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya
campuran aspal pada roda.
3. Pemadatan
akhir ( Breakdown III )
Pemadatan
ini digunakan alat pemadat Tandem Roller
untuk meratakan permukaan aspal agar pengendara nyaman pada saat melewati
diatas permukaan aspal.
2.6.5 Bahan Anti Pengelupasan
Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus
ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran aspal dengan menggunakan pompa
penakar (dozing pump) pada saat akan
dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti
striping dalam rentang 0.2% - 0.4% terhadap berat aspal. Bahan anti striping
harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal
modifikasi. Bilamana stabilitas Marshall
sisa setelah perendaman 24 jam pada temperatur 60˚C sama atau lebih besar dari
90% maka bahan anti pengelupasan tidak perlu digunakan. Jenis bahan anti
pengelupasan yang digunakan haruslah disetujui Direksi Pekerjaan.
2.6.6 Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen
Bahan
pengisi (filler) tambahan semen berfungsi. Untuk memodifikasi agregat halus
sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk
mengisi rongga akan berkurang. Filler harus kering dan bebas dari
gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai dengan
SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No 200. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan
pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dari total agregat. Semen
merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat
bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat
pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Semen
merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat
bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat
pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Fungsi semen adalah
mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi
rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen
dalam komposisi agregat hanya sekitar 1%, namun karena fungsinya sebagai bahan
pengikat maka peranan semen menjadi penting.
2.7 Struktur
Pekerjaan
Struktur ini dilaksanakan terlebih dahulu setalah diperoleh hasil job mix dari
laboratorium dan setelah pekerjaan selesai harus diuji dan dievaluasi mutunya dari laboratorium.
Adapun pekerjaan struktur yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
2.7.1 Pekerjaan Beton K – 250
Untuk pekerjaan Beton K-250
digunakan pada pekerjaan saluran irigasi yang dilaksanakan setelah
pekerjaan pembesian ukuran 24 polos
selesai, diaduk dengan menggunakan beton
roller dan pemadatannya/
penggetarannya dilakukan dengan
menggunakan concrete vibrator, untuk
menjaga mutu beton sesuai spesifikasi yang di inginkan perlu diambil slump test pada saat pengecoran yang
diambil dari bagian tertentu dan kubus untuk uji tekan beton di laboratorium.
2.7.2 Pasangan
Batu
Pasangan batu berfungsi menjaga pondasi agregat agar
tidak tergerus air dan menjaga badan jalan agar tidak longsor. Di kerjakan dengan menggunakan tenaga manusia. Pada
pengerjaan ini batu terbesar di letakkan paling bawah, semakin ke atas batu
yang di pakai ukurannya semakin kecil dengan bahan pengikat adalah semen, dengan
kemiringan maksimum 300.
BAB III
PEKERJAAN YANG
DITINJAU
3.1
Spesifikasi Teknis
Penggunaan material
pada pekerjaan yang diamati ini dibuat berdasarkan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan. Untuk masing-masing perkerjaan, material yang digunakan adalah sebagai
berikut:
3.1.1 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan
Pondasi Atas adalah Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi
bawah dan lapisan permukaan dinamakan lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi atas
berfungsi sebagai:
1.
Bagian struktur
perkerasan yang menahan gaya vertikal dari beban kendaraan dan disebarka
kelapis dibawahnya.
2.
Lapisan peresap untuk
lapisan pondasi bawah.
3.
Bantalan atau
perletakan lapis permukaan.
Pada
pekerjaan lapisan pondasi atas yang
diamati pekerjaan tersebut meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan. Material yang digunakan
dilapangan sebelumnya telah mengalami pencampuran. Pencampuran dikerjakan
dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran, dengan menggunakan pemasok
mekanis yang telah dikalibrasikan untuk memperoleh aliran yang menerus dari
komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Bahan yang digunakan
adalah bahan yang bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan yang
tidak dikehendaki atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Gradasi material untuk
Lapis Pondasi Kelas A dan B yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Pada lapis pondasi atas
agregat kelas A menggunakan agregat karas dengan ukuran rata-rata 1,5 inci
dengan ketebalan 15 cm dan minimal mempunyai satu bidang pecah. Gambar material
yang digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Tabel 3.1.
Gradasi Lapis Pondasi Agregat
|
Ukuran
saringan
|
Persen
berat yang lolos
(% lolos)
|
Jenis
Agregat
|
|||
|
ASTM
|
Mm
|
Kelas A
|
Kelas B
|
|
|
|
3”
|
75
|
|
|
|
Agregat Kasar
|
|
2”
|
50
|
|
100
|
|
Agregat Kasar
|
|
1½”
|
37.5
|
100
|
88 – 100
|
|
Agregat Kasar
|
|
1”
|
25
|
77 – 100
|
70 – 85
|
|
Agregat Kasar
|
|
⅜”
|
9.5
|
44 – 60
|
40 – 65
|
|
Agregat Kasar
|
|
No. 4
|
4.75
|
27 – 44
|
25 – 52
|
|
Agregat Halus
|
|
No. 10
|
2
|
17 – 30
|
15 – 40
|
|
Agregat Halus
|
|
No. 40
|
0.425
|
7 – 17
|
8 – 20
|
|
Agregat Halus
|
|
No. 200
|
0.075
|
2 – 8
|
2 – 8
|
|
Agregat Halus
|
Gambar 3.1
Material Untuk Lapis Pondasi Atas.
Persyaratan
umum sifat dan bahan-bahan agregat yang digunakan untuk lapis pondasi atas
kelas A adalah sebagai berikut:
1.
Bahan-bahan yang
dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi atas agregat, terdiri
dari satu atau dua kelas bahan sebagaimana yang diperlukan dalam kontrak
tertentu dan seperti yang dinyatakan dalam daftar penawaran.
a. Lapis
pondasi atas kelas A adalah agregat batu pecah yang disaring dan merupakan batu
pecah keras dan bersih serta semuanya lolos saringan 37,5 mm.
2.
Semua lapisan pondasi
atas harus memenuhi persyaratan spesifikasi ini dan harus sesuai dengan gambar
kontrak dan seperti yang diuraikan sebelumnya dalam daftar penawaran.
Dan
ketentuan sifat bahan lapisan pondasi atas agregat dapat dlihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel
3.2 Ketentuan Sifat Lapis Pondasi Agregat
|
Sifat
|
Kelas A
|
Kelas B
|
|
|
Abrasi dari agregat kasar (SNI 03-2417-1990)
|
mak. 40%
|
mak. 40%
|
|
|
Indeks plastis
(SNI 03-1996-1990 dan SNI 03-1967-1990)
|
mak. 6
|
mak. 6
|
|
|
Hasil kali indeks plastisitas dengan %
lolos saringan No.200
|
mak. 25
|
-
|
|
|
Batas cair SNI
03-1967-1990)
|
mak. 25
|
mak. 25
|
|
|
Gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah dalam agregat (SNI
03-4141-1996)
|
0%
|
-
|
|
|
CBR (SNI
03-1744-1989)
|
min. 90%
|
min. 65%
|
|
|
Perbandingan persen lolos #200 dan #40
|
mak. 2/3
|
mak. 2/3
|
3.1.2 Pekerjaan Aspal/Lapis Permukaan
Lapis
permukaan merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan jalan, lapis
permukaan ini berfungsi sebagai :
1. Lapis
penahan beban vertical dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus memiliki
stabilitas tinggi selama masa pelayanan
2. Lapis aus (wearing
course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari kendaraan yang
mengerem
3. Lapis
kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atas lapis permukaan tidak meresap
ke lapis di bawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan jalan
4. Lapis
yang menyebarkan beban ke lapis pondasi
Lapisan
permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga
menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya
tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda
kendaraan, hujan, dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan
rusak, sehingga disebut lapis aus. Lapisan di bawah lapis aus yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat, disebut lapisan permukaan antara (binder course) yang berfungsi memikul
beban lalu lintas
dan mendistribusikannya ke lapisan pondasi atas. Dengan demikian lapisan
permukaan dapat dibedakan menjadi :
1.
Lapis aus (wearing course), merupakan lapis
permukaan yang kontak dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca
2.
Lapis permukaan antara
(binder course), merupakan lapis
permukaan yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi
Berbagai
jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia, namun yang digunakan
pada proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M.
Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah) adalah lapis
aspal beton atau laston (asphalt concrete
atau AC), merupakan lapis permukaan yang menggunakan agregat bergradasi baik, laston
sesuai digunakan untuk lalulintas berat. asphalt yang digunakan sebagai lapis
permukaan, yaitu : Asphalt
Concrete - Base
(AC-BASE), menggunakan
agregat dengan ukuran maksimum 37,5 mm (1,5
inci). Lapis AC-BASE
tebal nominal minimum 60 mm dengan tebal
toleransi ± 5 mm.
Table
3.3 Tebal Nominal
Rancangan Campuran Aspal dan Toleransi
3.2
Peralatan
Berikut
ini adalah alat-alat yang digunakan serta pengoprasiannya untuk pekerjaanLapis pondasi atas (sub
base course):
1.
Dump
Truck
Digunakan untuk
mengangkut material agregat kelas Adari lokasi pengolahan kelokasi pekerjaan dengan kapasitas sebanyak 8
m³. Jumlah
dump truck yang digunakan berjumlah 4
unit. 1 dump truck memakan
waktu sekitar 40
menit mulai dari pengangkutan, penghamparan dan kembali mengambil material ke
lokasi pencampuran. Setiap dump truck ini melakukan tugasnya masing-masing
secara continue sehingga tidak ada kekosongan rotasi. Pada spesifikasi teknis
penggunaan alat ini untuk mengangkut material dengan jarak tempuh yang relative
jauh, gambar dump truck
pengangkut material diperlihatkan pada Gambar
3.2
Gambar
3.2 Dump
Truck yang digunakan untuk mengangkut material
2.
Motor
Grader
Untuk penghamparan material yang telah diangkut dari
lokasi pencampuran kemudian dihampar dengan menggunakan Motor Grader. Banyaknya
Motor Grader yang digunakan disini
berjumlah 1 unit. Motor Grader
yang beroprasi mampu menghampar 8m3
material dalam waktu sekitar 20
menit,. Penghamparannya
dilakukan sesuai dengan gambar yang direncanakan yaitu dengan kemiringan 3%. Gambar Motor Grader yang digunakan untuk penghamparan
material agregat kelas A diperlihatkan pada Gambar
3.3.
Gambar
3.3 Motor
Grader Untuk Penghamparan Material
3.
Vibro
Roller
Alat ini digunakan untuk memadatkan material yang
sudah dihampar terlebih dahulu, compactor
yang digunakan 1 unit. Untuk
pengoprasiannya dilakukan oleh seorang yang mempunyai keahlian dan
mengendalikan compactor ini, gambar compactor diperlihatkan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Vibro Roller
Sebagai Alat Pemadatan Material
4.
Water
Tank
Alat ini digunakan untuk menyirami hamparan material,
water Tank yang digunakan 1 unit. Pada water tank ini bekerja 2 orang. 1 orang
bertugas sebagai pengendali mobil dan 1 orang lagi bertugas untuk mengontrol daerah
yang disiram dan juga mengatur debit air yang dikeluarkan, gambar water tank diperlihatkan pada Gambar 3.5.
Gambar
3.5 Water
Tank digunakan untuk menyirami hamparan material
Untuk pekerjaan lapis perkerasan/penutup (surface course) jenis peralatan yang
digunakan untuk penghamparan, pemadatan, dan penyelesaian adalah sebagai
berikut:
1. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material lataston dari
lokasi pengambilan kelokasi pekerjaan. Truck-truck tersebut dilengkapi
dengan logam rapat, bersih dan
sebelumnya dilapisi dengan minyak pelumas.
Untuk pengoprasiannya sendiri sama dengan pada saat pengangkutan material
agregat kelas A.
2. Piver
(Finisher), sebagai alat penghampar otomatis yang dapat difungsikan mengikuti spesifikasi
ketebalan yang telah ditentukan. Untuk pengoprasiannya
dilakukan oleh satu orang yang bertugas sebagai pengatur elevasi. Kemudian
pekerja yang lainnya bertugas untuk mengawasi hasil hamparan.
3. Tandem Roller, alat pemadat aspal dengan dua roda baja berdiameter 1,2
m dengan berat masing-masing roda 3 ton.
Untuk pengoprasian alat ini dilakukan oleh satu orang yang bertugas menjalankan
tandem roller tersebut. Menurut spesifikasi
teknis, pemadatan dengan tandem roller dilakukan sebanyak 2 kali
passing. Satu kali passing dilaksanakan pemadatan dengan jarak 50 m.
4. Pneumatic Tire
Roller, berfungsi hampir sama seperti
Tandem Roller namun alat ini juga
berfungsi untuk meratakan permukaan aspal yang telah dilalui tandem roller, menggunakan ban karet
dengan berat 2,5 ton pneumatic tire
roller mampu menyempurnakan permukaan aspal.
3.3
Jadwal Pelaksanaan
Waktu
pelaksaan untuk proyek Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota
Sigli (2 Jalur 2 Arah), sesuai dengan kontrak adalah 224 hari kalender, mulai
dari pekerjaan persiapan , hingga pekerjaan struktur dan penutup. Untuk
masing-masing pekerjaan yaitu pekerjaan lapis pondasi atas di jadwalkan selama 14 minggu dan
dilaksanakan pada minggu bulan ke 3 pada bulan ke dua dari semenjak
pekerjaan ini dimulai, dan untuk pekerjaan lapis penutup di kerjakan selama 11 minggu pada bulan ke
empat.
Dari hasil
pengamatan, masing-masing pekerjaan dapat diselesaikan lebih awal dari waktu
yang direncanakan disebabkan oleh
adanya 4 sub kontraktor yang bekerja sekalian dibawah kontrol dari PT. PIYUENG
JAYA PERKASA selaku penyedia barang/jasa utama pada proyek ini.
3.4
Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek ini kegiatan yang diikuti
selama dilapangan diantaranya
:
3.4.1
Lapisan
Pondasi Atas (Base Course)
Pada
pekerjaan ini agregat yang dipakai yaitu agregat kelas A. Panjang total
pekerjaan jalan yang diikuti adalah 2.053 m. Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan di lapangan :
a.
Agregat
kelas A di
angkut dari tempat pencampuran menggunakan dump truck, kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan pondasi bawah
yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan panghamparan.
Penghamparan menggunakan motor grader
diperlihatkan pada Gambar
3.6
Gambar 3.6 Perataan material
menggunakan Motor Grader
b.
Penghamparan
dilakukan dengan
batas kelembaban yang optimum, sebagaimana
yang telah ditentukan pada spesifikasi. Agregat dihampar dengan motor grader sampai satu campuran yang
merata seperti Agregat dihampar dalam lapisan dengan ketebalan 15 cm, dalam satu cara sehingga
kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai.
c.
Pengahamparan akhir
sampai ketebalan dan kemiringan yang di perlukan dilaksanakan dengan cadangan
pengurangan ketebalan sekitar 10% yang dilakukan segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap
lapisan pondasi atas, bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan alat
pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis atau
mesin gilas roda getar. Pekerjaan pemadatan diperlihatkan
pada Gambar 3.7.
\
Gambar 3.7 Pemadatan material meggunakan Vibro Roller
d.
Penggilasan untuk
pembentukan dan pemadatan maju mundur secara gradual (sedikit demi sedikit)
dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan dan
dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk membuat pemadatan matang yang
merata.
e.
Kadar air untuk
pemasangan dijaga di dalam batas-batas
3% dari kadar air optimum sampai 1% lebih tinggi dari kadar air optimum dengan
penyiraman air atau pengeringan bila perlu, dan bahan lapis pondasi atas
tersebut dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan
kering yang diperlukan.
3.4.2
Lapisan
Perkerasan/Penutup
(Surface Course)
Setelah pekerjaan lapisan pondasi atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan lapisan permukaan atau pekerjaan aspal yang terdiri dari pekerjaan lapis
resap pengikat dan lapis pengikat aspal beton (AC-BASE). Pada pekerjaan lapis resap pengikat, material (aspal)
yang diangkut dengan menggunakan dump
truck, sesampai di lokasi pekerjaan selanjutnya aspal dan minyak flux dicampurkan dan dipanasakan dan
menjadi aspal cair, kemudian aspal cair tersebut dimasukkan kedalam asphalt sprayer yang akan digunakan
untuk menyemprot permukaan badan jalan. Sebelum disemprotkan aspal cair yang
telah diisi ke dalam asphalt sprayer,
permukaan badan jalan dibersihkan dari debu dan kotoran terlebih dahulu
menggunakan Compressor.
Pekerjaan perkerasan atau pengaspalan dilakukan
setelah selesainya pekerjaan lapisan pondasi atas, pekerjaan penghamparan aspal dilakukan setelah aspal diangkut dari
AMP menggunakan Dump Truck, setelah
dilapangan aspal ditumpahkan kedalam bak penampung Paver dan kemudian dengan paver menghamparkan aspal sesuai ketebalan yang
direncanakan. Selanjutnya dilakukan pamadatan, prinsip pemadatan dilakukan
dengan menggilas dari pinggir yang terendah sampai batas pelebaran badan jalan
untuk memebentuk badan jalan
dengan kemiringan melintang pada bagian kiri dan kanan jalan masing-masing 2%, untuk proses pembersihan badan jalan, proses Prime coat dan penghamparan lapis perkerasan
akan diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.
Gambar 3.8. Pembersihan badan jalan menggunakan Air Compressor
Setelah pembersihan badan jalan dengan menggunakan Air Compressor, selanjutnya aspal cair disemprotkan ke
permukaan badan jalan atau di Prime Coat.
Maka permukaan jalan siap untuk dilapisi
pengikat aspal, seperti Gambar dibawah ini.
Gambar 3.9.
Proses Prime Coat
Gambar 3.10. Drump Truck Pengangkut Aspal
Setelah tiba dilokasi campuran panas aspal dihampar
dengan menggunakan Asphalt Finisher, kemudian
sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan aspal dengan menggunakan alat bantu,
seperti pada Gambar dibawah ini.
Gambar 3.11. Proses
Penghamparan Aspal Menggunakan Asphalt
Finisher
Suhu
aspal pada saat dimasak mencapai suhu 140º,
kemudian dihamparkan kebadan jalan, penghamparan awal dilakukan pada
temperature 125ºC
sampai 130ºC, lalu dipadatkan dengan Tandem Roller pada suhu 110 ºC. Saat
pemadatan dengan menggunakan Tandem
Roller pada
passing yang pertama dan ke dua ini dilakukan tanpa menggunakan air. Untuk
passing selanjutnya diberi siraman air yang secara otomatis akan keluar dari
dalam tangki Tandem Roller yang
dialirkan ke roda Tandem Roller tersebut.
Gambar pemadatan dengan menggunakan tandem roller diperlihatkan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12.
Pemadatan Aspal menggunakan Tandem Roller
Setelah
dilakukan pemadatan dengan menggunakan Tandem
Roller sebanyak 1 kali passing kemudian pemadatan dilanjutkan dengan
menggunakan Pneumatic Tire Roller. Alat ini biasa
digunakan untuk pemadatan aspal hotmix. Jumlah
roda Pneumatic Tire Roller ini adalah
Sembilan roda. Pnematic Tire Roller
ini bekerja sebanyak 20 kali passing. Proses ini juga menggunakan air yang
keluar dari tangki alat tersebut. Gambar Pneumatic Tire Roller
diperlihatkan pada Gambar
3.13.
Gambar 3.13 Pemadatan Aspal menggunakan Pneumatic Tire Roller
3.5
Volume
Pekerjaan
Volume pekerjaan dalam kontrak
untuk pekerjaan yang diamati, disebutkan untuk pekerjaan lapisan pondasi atas
menggunakan material agregat kelas A sebanyak 2.062,50 m³. Pada pekerjaan Lapis perkerasan penutup
volume pekerjaan dalam kontrak, untuk volume lapis
resap pengikat sebanyak 12.600
liter, aspal
minyak (lapis perekat)
828,96 ton, untuk volume
laston lapis pengikat (AC-BASE) sebesar 3.726,00 ton. Pada setiap
pekerjaan untuk penyiapan material selalu disesuaikan dengan yang tertera dalam
kontrak sehingga jika pada fakta dilapangan material kurang atau lebih tidak
terlalu banyak.
3.6 Metode
pelaksanaan
Metode pelaksanaan
perkerjaan pada pekerjaan lapis pondasi atas dan lapis perkerasan adalah
sebagai berikut:
3.6.1
Lapis Pondasi Agregat (Base
Course)
Lapis pondasi agregat kelas A dibawa dari Base camp sebagai campuran yang merata
menggunakan Dump Truck lalu dihampar
ke badan jalan pada kadar air dalam bahan yang tersebar secara merata. Setiap
lapis dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata dengan menggunakan
Motor Grader dengan cara maju mundur
sampai permukaan benar-benar rata dan sama tebal.
Kemudain dilakukan Pemadatan dengan Vibro Roller, mesin gilas beroda baja,
dimulai dari sepanjang tepi bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan,
dalam arah memanjang. Operasi penggilasan dilakukan sampai seluruh bekas roda
mesin gilas hilang dan lapisan tersebut terpadatkan secara merata.
3.6.2
Lapisan Perkerasan/Penutup (Surface Course)
Sebelum
dilakukan penghamparan Aspal untuk lapisan perkerasan/ penutup, terlebih
dahulu dihampar lapis resap pengikat
untuk bahan perekat antara agregat lapis pondasi atas dengan aspal untuk lapis
penutup. Penghamparan Lapis resap pengikat dilakukan dengan menggunakan Asphal Sprayer yang menggunkan kompresor
untuk mesin pemompa. Penghamparan lapis resap pengaikat dilakukan 0,8 liter/m².
Peralatan yang digunakan adalah Compresor
dan Asphal sprayer, aspal
disemprotkan pada suhu yang diizinkan. Lapis resap pengikat harus di diamkan
minimal 24 jam untuk memberi waktu menyerap, sebelum dilapisi di atasnya.
Setelah 24 jam baru didatangkan Piver
(finisher) dengan menggunakan Truck Trado baru kemudian pekerjaan
dimulai dengan didatangkan aspal dari AMP menggunakan Dump Truck. Aspal dengan suhu yang telah ditentukan ditumpahkan ke
mesin Paver baru setelah
itu mesin Paver bekerja secara otomatis menghamparkan aspal sesuai
ketebalan yang telah ditentukan yaitu 7,5 cm, diikuti beberapa orang pekerja yang merapikan jika
ada bagian-bagian yang berantakan atau ketebalan yang tidak sesuai yang
biasannya di sebabkan oleh bebatuan.
Setelah
proses penghamparan diikuti oleh mesin pemadat Tandem Roller yang bekerja maju mundur dengan syarat pemadatan yang
telah di sesuaikan. Penyempurnaan akhir pemadatan dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller, mesin pemadat
dengan ban karet memadatkan dan menghilangkan jejak-jejak bekas roda Tandem Roller hingga permukaan rata
sempurna.
3.5
Masalah Yang Terjadi di Lapangan
Permasalahan merupakan
suatu hal yang tidak mungkin dipisahkan dari suatu kegiatan atau pelaksanaan
pekerjaan yang akan dikerjakan. Masalah yang timbul ini meliputi masalah
administrasi, sosial, dan pelaksanaan.
Demikian halnya dengan
proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota
Sigli (2 Jalur 2 Arah), ini tidak terlepas pula
dari permasalahan, namun demikian permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
koordinasi yang baik antara pengawas dengan pemilik proyek.
3.5.1
Masalah Peralatan
Kondisi peralatan sangatlah
menunjang dalam pekerjaan. Apabila kondisi peralatan dalam keadaan rusak maka
akan berpengaruh pada pekerjaan yang dikerjakan, hal ini dapat memperlambat proses pengerjaan.
3.5.2
Masalah
Keterlambatan Material
Keterlambatan
material adalah suatu faktor yang menghambat pekerjaan di lapangan, hal ini
disebabkan lokasi pengambilan material jauh dari lokasi pekerjaan sehingga
waktu pengerjaan proyek yang telah ditentukan tidak sesuai dan mengikibatkan seringnya pekerja dilapangan harus
menunggu datangnya material.
3.5.3
Masalah
Sosial
Kondisi ini sangatlah berpengaruh
dalam suatu pekerjaan di lapangan,
apalagi kondisi di lapangan
yang merupakan jalan utama kota Sigli yang mengakibatkan
seringnya terjadi kemacetan pada jam pergi dan masok kerja, sehingga sangat
mengganggu masyarakat pengguna jalan tersebut, ditambah lagi dengan tidak
adanya akses jalan pintas yang bisa dilalui oleh pengguna jalan. Tetapi dengan
adanya koordinasi yang baik antara kontraktor pelaksana dan pihak kepolisian
setempat, maka hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dilapangan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Tinjauan Pekerjaan
Hasil
pengamatan pekerjaan
pada proyek ini adalah untuk lapis pondasi atas agregat yang
digunakan harus awet dan harus mempunyai bidang pecah dan tidak terdapat lumut atau
tumbuhan lainnya yang terdapat pada permukaan agregat tersebut. Material yang
digunakan tergolong sebagai agregat yang mempunyai gradasi yang baik, yaitu rongga
antara material tidak terlalu besar. Partikel agregat tersebut merupakan hasil dari
mesin pecah. Material yang digunakan dilapangan adalah material yang sebelumnya
telah mengalami proses pencampuran baik berupa batu pecah maupun batu kerikil dan
dilakukan ditempat yang telah ditentukan. Pada saat penghamparan material pada
lapisan pondasi atas tebal hamparan material 20 cm, setelah di padatkan
menggunakan compactor tebal lapis
pondasi bawah 15 cm.
(arah
pergerakan roda)
(Tandem
Roller) sebelum
dipadatkan
20
cm Sesudah
dipadatkan 15 cm
Gambar 4.1 Tebal
Lapisan Pondasi Atas Sebelum dan Sesudah Pemadatan
Untuk
pekerjaan lapis perkerasan atau lapis penutup ini terdiri dari campuran agregat
dan aspal sebagai bahan pengikat. Aspal yang digunakan pada lapis penutup adalah
Aspal Concret - Base.
Dengan tebal saat penghamparan gembur 9 cm. Sebelum dilakukan pengaspalan,
cuaca merupakan hal yang harus diperhatikan, karena pengaspalan tidak dapat dilakukan
jika permukaan pondasi tersebut basah. Pada saat penghamparan suhu aspal mencapai
140 0C dan pemadatan
baru dapat dilakukan setelah suhu aspal menurunya itu sekitar 110 0C.
Agregat yang digunakan adalah
agregat yang bergradasi baik dan mampu menghasilkan stabilitas tinggi.
Untuk bahan pengikat menggunakan aspal panas, suhu aspal pada saat diangkut
dari AMP adalah 1400
C dan kemudian diangkut kelokasi pekerjaan. Campuran
aspal Laston diletakkan sebagai satu lapis permukaan baru di atas lapis pondasi
atas yang sudah dibangun sebelumnya atau sebagai satu lapis ulang di atas
perkerasan dengan lapis penutup yang ada, dan
kemudian dilakukan pemadatan sampai mendapatkan ketebalan 7,5 cm.
Agregat kasar yang digunakan
terdiri dari batu kerikil pecah ataupun campuran batu
pecah dengan kerikil alam bersih yang sesuai. Kerikil yang digunakan mempunyai permukaan yang kasar dan mempunyai bidang
pecah dan permukaan bebas dari lumut dan tumbuhan lainnya. Filler (bahan halus sebagai pengisi) yang terdiri dari debu
batu kapur atau semen yang bebas dari setiap benda yang harus dibuang
dan akan berisi ukuran partikel yang 100% lolos 0,60 mm dan
tidak kurang dari 75% berat partikel lolos saringan 0,075 mm (saringan basah).
Untuk lapisan perkerasan atau penutup ini menggunakan Aspal Concret - Base (AC–BASE) dengan ketebalan
± 7,5 cm. Lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga
menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan
yang lama.
4.2
Produktivitas Tenaga Kerja dan Peralatan
Pada setiap item pekerjaan
ini menggunakan alat berat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berikut adalah
perhitungan produktivitas tenaga kerja dan peralatan untuk pekerjaan yang
diamati.
1.
Dump truck
Dump truck yang digunakan berkapasitas 8 m3, untuk
menghitung produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau
cycle time (CT). CT terdiri dari beberapa
unsur diantaranya waktu muat atau loading
time (LT), waktu angkut atau hauling
time (HT), waktu kembali atau return time (RT),
waktu pembongkaran atau dumping time (DT)
dan waktu tunggu atau spotting time
(ST).
Dengan demikian:
CT = LT + HT + DT + RT
+ ST
CT = 10 menit
+ 30 menit + 10 menit + 15 menit + 5 menit
CT = 70 menit
Jadi, produktivitas untuk peralatan dump truck adalah:
Produktivitas =
=
= 0.11 m3/menit/truk
2. Motor
Grader.
Data-data yang
diketahui dari hasil pengamatan yaitu motor grader berjalan dengan kecepatan
rata-rata (v) 10 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah 3 meter dan
dianggap efisiensi kerja (E) adalah 0,8. Dan operator yang dibutuhkan adalah 1
orang. Untuk menghitung produktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
Prod = vWE
Prod = 10 km/jam x 3 meter x
0.8 x 1 org
= 24 m2/jam
3. Vibro
Roller
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas
dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller. Perkiraan
produktivitas alat pemadatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Prod =
Data-data yang didapat dari
pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan adalah jumlah passing untuk
pemadatan (P) adalah 8 kali, lebar pemadatan per passing
(W) adalah 3 m, kecepatan (S) adalah 8 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah
15 cm,
dan efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka
untuk menghitung produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:
Prod =
= 375
cm/jam
4. Asphalt
Paver
Pada pekerjaan penghamparan aspal dengan menggunakan paver,
produkti vitasnya tergantung dari kecepatan screed. Biasanya paver mampu menghampar aspal sebanyak 8 m3 dalam waktu 20
menit. Kecepatan paver pada saat
penghamparan adalah konstan.
Prod =
= 0,4 m3/menit/paver
5. Tandem
Roller
Rumus yang digunakan
untuk menghitung produktivitas setiap alat yang digunakan untuk pemadatan
adalah sama, yaitu:
Prod =
Data-data yang didapat
dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan dengan menggunakan tandem roller adalah jumlah passing
untuk pemadatan (P) adalah 1 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3 m,
kecepatan (S) adalah 20 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 7,5 cm, dan
efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka
produktivitas alat ini adalah sebagai berikut
Prod =
= 600 cm/jam/roller
6. Pnematic
tire roller
Data yang diperoleh
dari hasil pengamatan untuk pemadatan dengan menggunakan pneumatic tire roller adalah jumlah passing untuk pemadatan (P)
adalah 20 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3.5 m, kecepatan (S)
adalah 20 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 7,5 cm, dan efesiensi (E) 50
menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang, maka
produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:
Prod =
= 194,44 cm/jam
7. Tenaga kerja
Pada pekerjaan lapis pondasi atas tenaga kerja yang diperlukan
untuk membersihkan sisa material yang tidak dipakai setelah penghamparan adalah
2 orang. Dalam 1 hari seorang pekerja tersebut membersihkan sisa hamparan sepanjang
800 m2. Jadi, produktivitas tenaga kerja adalah:
Prod =
= 400 m2/org/hari
Untuk pekerjaan lapis perkerasan tenaga kerja yang bekerja
merapikan hasil hamparan adalah 8 orang per hari, dalam 1 hari jam kerja
penghamparan lapis perkerasan dapat dilakukan sepanjang 1200 m2.
Jadi produktivitas tenaga kerja tersebut adalah:
Prod =
= 150 m2/org/hari.
8. Mandor.
Perhitungan produktivitas
mandor pada setiap pekerjaan dihitung berdasarkan panjang pekerjaan yang
dilaksanakan dalam waktu 1 hari jam kerja. Pada pekerjaan lapis pondasi atas
mandor yang bekerja hanya 1 orang. Maka produktivitas mandor untuk pekerjaan
lapis pondasi atas adalah sama dengan panjang pekerjaan yaitu 800 m2/org/hari,
dan untuk lapis perkerasan dengan panjang pekerjaan dalam satu hari adalah 1200
m2 diawasi oleh 2 orang mandor. Jadi produktivitas mandor pada
pekerjaan lapis perkerasan adalah 600 m2/org/hari.
4.3
Solusi Terhadap Masalah
Solusi
yang dilakukan untuk mengatasi masalah tidak sesuainya gambar rencana dengan
kondisi dilapangan, pelaksana proyek membuat gambar ulang sesuai dengan kondisi
yang ada dan kemudian menyerahkan ke pemilik proyek untuk disetujui. Institusi
pelaksana juga meminta agar pengawasan pada pekerjaan ini selalu dilakukan,
untuk itu pelaksana selalu memberi informasi tentang pelaksanaan yang akan
dikerjakan untuk hari berikutnya. Jika terdapat material yang tidak sesuai
dengan yang disyaratkan palaksana hanya menyingkirkan material yang terlalu
besar sebelum dilakukan pemadatan. Pada saat akan dilakukan penghamparan, suhu
aspal di tes terlibih dahulu, karena suhu aspal masih tinggi pelaksana menunggu
sampai suhu aspal mencapai syarat yang ditentukan untuk pengaspalan. Jika
ketebalan aspal tidak rata, maka pekerja menaburkan sebagian aspal ke bagian
yang ketebalannya kurang.
Seharusnya
agregat yang digunakan tergolong kedalam agregat yang bergradasi baik. Agregat
baru dapat disebut bergradasi baik jika campuran agregat kasar dan halus dalam
porsi yang berimbang. Agregat dengan gradasi baik akan menghasilkan lapisan
perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air. Pada pekerjaan
pengaspalan, pamadatan hanya boleh dilakukan pada suhu 90 – 110 0C.
Ini di karenakan jika pemadatan dilakukan pada suhu tinggi maka aspal akan
mengalami keretakan, dan jika suhu pemadatan terlalu rendah maka susah untuk
mencapai kepadatan aspal. Ketentuan ketebalan aspal jika menggunakan Aspal Concreat Base adalah 7,5 cm
setelah pemadatan,
jadi untuk ketebalan
pada saat penghamparan harus selalu diperhatikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
Setelah mengikuti
praktek kerja lapangan pada
proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M. Ibrahim kota Sigli (2 Jalur
2 arah), banyak didapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dilapangan
baik dari pengawas lapangan, bahkan dari para pekerja. Hal ini dapat menjadi
perbandingan antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang
diperoleh dari bangku kuliah.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang didapat selama mengikuti praktek kerja lapangan ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya sebagai berikut :
1.
Pada lapis pondasi Atas, agregat yang digunakan adalah
agregat kelas A, dengan tebal
lapis pondasi Atas (Base Course) sebelum dipadatkan adalah 20 cm,
setelah dipadatkan dengan menggunakan vibrator roller
tebal lapis pondasi atas menjadi 15 cm.
2.
Lapis
permukaan digunakan Asphalt
Concrete Base
(AC- BASE) suhu aspal penghamparan mencapai 130 0C dan
pemadatan baru dapat dilakukan setelah suhu aspal menurun yaitu sekitar 110 0C.
Tebal Lapis Permukaan (Surface Course) sebelum dipadatkan adalah 9 cm, dan setelah dipadatkan dengan
menggunakan tandem roller dan phematic tire roller
menjadi 7,5
cm.
3.
Alat yang digunakan pekerjaan lapisan
pondasi atas dan lapisan permukaan
adalah dump truck, motor grader, vibrator roller, tandem roller,
watter tank, asphalt finisher, dan phematic tire roller.
5.2 Saran
Dari hasil pengamatan
di lokasi pekerjaan proyek diperoleh beberapa saran dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek :
1. Untuk
mengatasi masalah keterlambatan material sampai ke lokasi pekerjaan, maka pada proyek kedepannya sebaiknya
pihak proyek lebih baik
menambah armada pengangkut material, di karenakan memperhatikan
lagi jarak antara Base Camp dengan
lokasi pekerjaan yang jauh.
2. Kedepannya
bagi mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya terlebih
dahulu mempelajari secara mendalam tentang proses-proses pekerjaan dilapangan
sehingga pada saat mengikuti praktek tidak mengalami kesulitan.
3. Konsultasikan dengan dosen pembimbing pada saat masih
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) setiap satu minggu sekali, untuk
memudahkan mahasiswa dalam mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Penggunaan
waktu pada pelaksanaan pekerjaan saat cuaca bagus dilakukan semaksimal mungkin dibandingkan pada saat
musim hujan, agar pekerjaan bisa dikerjaakan sesuai jadwal.
5. Penempatan
material sebaiknya pada tempat yang lebih dekat dengan pekerjaan, agar pada
saat penggunaannya tidak butuh waktu lama untuk mengambilnya.