Rabu, 27 Agustus 2014

contoh Laporan Praktek Kerja Lapangan UNIMAL 2014






               BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
   Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air. Sedangkan jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi, politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sebuah pepatah mengatakan: “Bagaimana jalannya demikian pula bangsanya”, dan hanya bangsa yang ingin maju saja mengerti akan arti pentingnya jalan pada khususnya dan perhubungan pada umumnya.
Tujuan Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah), di karenakan jalan yang di lalui sudah sangat rusak dan sempit  untuk sebuah jalan antar provinsi yang di lintasi oleh kendaraan roda dua, mobil baik roda empat maupun lebih dari pada empat. Dan kondisi jalan yang sudah rusak parah dan banyak menimbulkan korban lalu lintas. Pembangunan dan pengembangan sarana transportasi di Propinsi Aceh, masih perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah khususnya dinas pekerjaan umum karena masih banyak daerah–daerah yang harus di beri perhatian lebih karena kondisi sarana transportasinya yang sudah sangat parah dan harus segera di perbaiki untuk lebih baik di lewati kendaraan.
            Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah), dengan sumber dana dari APBN tahun anggaran 2014 No kontrak HK.02.03/CTR-Br.A2/13/APBN/2014 dengan tanggal kontrak 30 Januari 2014. Yang kemudian diadakan pelelangan yang di ikuti oleh beberapa kontraktor, pemenang yang berhak pada proyek ini adalah PT. PIYEUNG JAYA PERKASA dengan nilai kontrak Rp. 26.802.000.000,- (Dua Puluh Enam Milyar Delapan Ratus Dua Juta Rupiah) adalah upaya untuk membangun jalan nasional lebih baik dari sebelumnya.
             Pemilik proyek pada proyek Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah) yaitu Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga balai besar pelaksaan jalan nasional 1. Untuk memudah kan pelaksanaan dan pengawasan, pemilik proyek menunjuk wakilnya, yang merupakan suatu perusahaan yang berada di bawah koordinasi proyek. Konsultan pengawas pada proyek ini adalah PT. WIDYA GRAHA ASANA. Selain pemilik proyek, didalam organisasi proyek kontruksi juga harus ada konsultan perencana. Pada proyek ini yang bertindak sebagai perencana dipercayakan kepada PT. MEGA KARYA NUSANTARA

1.2     Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarlisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan maka setiap pekerjaan suatu proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi yang berfungsi untuk mengatur manajemen kerja, sehingga setiap pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik. Dengan demikian unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab. Hubungan antara suatu unsur dengan unsur lain harus selalu baik dan tidak melampaui batas wewenang dan kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan, pengelolaan manajemen yang baik juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proyek yang sedang  dilaksanakan.
Untuk mendukung kelancaran pekerjaan pemeliharaan jalan ini diperlukan struktur organisasi yang teratur dan jelas. Dalam struktur organisasi tersebut ada empat unsur yang terlibat dan memegang peranan penting  dalam menangani pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan lancar.
Secara hukum dan fungsional seluruh bagian organisasi ini terkait dan saling bekerja sama sesuai dengan fungsinya baik secara administrasi maupun dalam pelaksanaan di lapangan. Berikut adalah unsur-unsur yang terlibat dalam struktur organisasi yaitu:
1.    PA/KPA (Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran)
2.    PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
3.    Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
4.    Konsultan Perencana
5.    Konsultan Pengawas
6.    Penyedia Barang/Jasa

            Untuk pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan kerja antar unsur-unsur yang terlibat di dalamnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1
PPK
 
                                                                                           
PANITIA/PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN
KONSULTAN PERENCANA
KONSULTAN PENGAWAS
PENYEDIA BARANG/JASA
 




Gambar 1.1 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum
                                                                                                           

1.2.1        PA/KPA (Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran)
           Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, pengguna anggaran atau PA adalah pejabat pemegang kewenangan pengguna anggaran Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Instutusi Pengguna APBN/APBD. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran atau KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk Menggunakan APBD

1.2.2        PPK
            Pejabat Pembuat Komitmen merupakan tokoh penting dalam pengadaan barang dan jasa, PPK merupakan orang yang bertanggung jawab atas  pelaksanaan pengadaan barang/jasa (Perpres 70 Tahun 2012). Sehingga PPK bertanggung jawab secara administrasi, teknis dan finansial terhadap pengadaan barang dan jasa. Adapun tugas dan tanggung jawab PPK yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) No.70 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
a)      Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi spesifikasi teknis barang/jasa, Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dan rancangan kontrak.
b)      Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa
c)      Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian.
d)     melaksanaan kontrak dengan penyedia barang/jasa
e)      mengendalikan pelaksanaan kontrak
f)       Melaporkan pelaksanaan dan menyerahkan hasil pekerjaan.
g)      Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA dengan berita acara penyerahan
h)      Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan
i)        Menyimpan dan menjaga seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
1.2.3        Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk:
a)    Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak
b)   Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian
c)    Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan.

1.2.4        Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan suatu badan perorangan atau badan hukum yang dipilh oleh pemilik proyek ataupun kontraktor pelaksana untuk melakukan perencanaan. Konsultan perencana terdiri atas 5, yaitu:
a)    Konsultan perencana arsitektur
b)   Konsultan struktur bangunan
c)    Perencana MEP bangunan
d)   Quantity surveyor
e)    Konsultan Landscape
Konsultan perencana arsitektur yang ditunjuk oleh owner, berada langsung di bawah owner karena memegang peranan penting untuk perencanaan awal/konsep desain dari segi arsitektur dan estetika ruangan. Tugas dari konsultan perencana arsitektur adalah:
Ø Membuat gambar/desain dan dimensi bangunan secara lengkap dengan spesifikasi teknik, fasilitas dan penempatannya.
Ø Menentukan spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada bangunan proyek ini.
Ø Membuat gambar-gambar rencana dan syarat-syarat teknis secara administrasi untuk pelaksanaan proyek.
Ø Membuat perencanaan dan gambar-gambar ulang atau revisi bilamana diperlukan
Ø Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang dibuatnya apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Konsultan perencana arsitektur dapat bekerja sama dengan renik (hardscape) sebagai landscape consultant untuk merencanakan tata letak (perancangan taman), estetika bangunan dan sebagainya. Sedangkan quantity surveyor membangun owner dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari perencanaan arsitektur.
Konsultan perencana struktur bertugas merencanakan dan merancang struktur yang sesuai dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur atas maupun struktur bawah dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain kondisi, fungsi bangunan, bentuk bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan, serta kondisi alamnya.
Tugas dan wewenang konsultan perencana struktur antara lain adalah:
Ø Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah ditetapkan sebelumnya
Ø Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail serta rincian volume pekerjaan.
Ø Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa konstruksi.
Konsultan perencana MEP merupakan badan atau organisasi yang ahli dalam bidang mechanical, electrical, and plumbing. Tugas dan wewenang konsultan perencanan mechanical, electrical dan plumbing adalah:
Ø Merencanakan instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan listrik serta berbagai perlengkapan seperti misalnya AC, perlengkapan penerangan, plumbing, generator, pemadam kebakaran, telepon, dan sound system sesuai dengan keadaaan dan fungsi bangunan.
Ø Memberikan penjelasan pada waktu rapat, menyusun dokumen pelaksanaan dan melakukan pengawasan berkala dan melaporkannya pada kontraktor utama.
1.2.5        Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan PT. WIDYA GRAHA ASANA adalah Konsultan pengawas yang mengawasi proyek Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalaur 2 Arah). Konsultan pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien. Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
a)      Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
b)      Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
c)      Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.
d)     Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
e)      Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
f)       Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:
a)      Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
b)      Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
c)      Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
d)     Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
e)      Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (Site Instruction).
f)       Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal manajement konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK mengelola jalanya proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas mengawasi jalanya pelaksanaan proyek saja. Dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat terpengaruh dari proses aproval material atau shop drawing dari konsultan pengawas.

1.2.6        Penyedia Barang/Jasa
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No 70 Tahun 2012, penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultasi/jasa lainnya. Dalam pekerjaan ini, yang bertindak sebagai penyedia barang/jasa adalah PT. PIYEUNG JAYA PERKASA. Sebagai penyedia Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a)      Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha.
b)      Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa.
c)      Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.
d)     Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
e)      Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa
f)       Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.
g)      Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil.
h)      Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non kecil kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi.
i)        Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank.
j)        Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut.
k)      Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/ atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa.
l)        Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.
m)    Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak.
n)      Tidak masuk dalam Daftar Hitam.
o)      Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.
p)      Menandatangani Pakta Integritas.

1.3     Konsentrasi Tinjauan
            Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli  (2  Jalur 2 Arah). Material yang digunakan pada lapis pondasi atas material yang mempunyai keawetan dan mempunyai minimal satu bidang pecah. Untuk pencampuran agregat dilakukan di tempat pencampuran yang telah ditetapkan. Tebal Lapisan Pondasi Atas adalah 15 cm. Pada Lapisan Pondasi Atas (Base Course) terdapat beberapa masalah yaitu pada sebagian ruas terdapat material agregat yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah terebut adalah dengan membuat gambar ulang yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Untuk pekerjaan Lapisan Perkerasan atau Penutup  (Surface Course), pekerjaan ini dihampar di atas lapis pondasi aggregat kelas A yang telah dilapisi dengan lapis resap pengikat. Pada pekerjaan lapis perkerasan menggunakan Aspal Concrete-Base yang terdiri dari campuran agregat kasar dan agregat halus dan piler sebagai bahan pengisi. Tebal lapis perkerasan adalah 7,5 cm. Lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Masalah yang terjadi adalah faktor buruknya cuaca pada saat pengerjaan.

1.3.1   Tujuan Tinjauan
            Tujuan tinjauan pada pekerjaan ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan dan proses pekerjaan, dimulai dari penyiapan material, penyimpanan material hingga proses pengangkutan dan penghamparan material di lokasi pekerjaan proyek. Tujuan tinjauan lain adalah untuk mengetahui proses penyiapan material yang dilakukan dan kemudian membandingkan hasil pengamatan dengan teori yang didapat di bangku perkuliahan.

1.3.2        Hasil Tinjauan
            Berdasarkan  hasil tinjauan dilapangan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (Base Course) pada saat penghamparan menggunakan motor grader selalu terdapat permasalahan pada proses perataan hamparan material karena kondisi permukaan yang tidak rata. Proses perataan harus diulang beberapa kali agar permukaan dapat sesuai dengan spek dan gambar rencana. Setelah material diratakan dan di gilas perlu dilakukan penyiraman agar permukaan jalan tidak kering dan berdebu karena dapat mengganggu masyarakat sekitar lokasi pekerjaan. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Proses penyiraman ini juga berfungsi untuk pemadatan, karena dengan adanya penyiraman ini maka rongga-rongga antara agregat akan terpadatkan dengan sendirinya. Setelah pemadatan selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan hubungan antara hamparan baru dengan hamparan lama dengan cara menghamparkan aspal cair (Prime Coat) yang diencerkan dengan memakai bensin dengan perbandingan 1:2 (Volume) atau 0,8 liter/m2 dilakukan dengan semprotan atau ditaburkan dengan tipis.
            Untuk Lapisan Perkerasan / Penutup (Surface Course) Suhu aspal pada saat dimasak mencapai suhu 140º, kemudian dihamparkan kebadan jalan, penghamparan awal dilakukan pada temperature 125ºC  sampai 130ºC  lalu dipadatkan dengan Tandem Roller yang bekerja secara horizontal. Jarak passing pemadatan adalah 100 m. setelah pamadatan dengan Tandem Roller selesai, pekerjaan pemadatan dilanjutkan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller.








BAB II
LINGKUP PEKERJAAN

            Kelancaran suatu proyek sangat ditentukan oleh pengaturan langkah-langkah kerja untuk setiap pekerjaan. Adapun ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada proyek Rekontruksi/ Peningkatan Struktur  Jalan A.M Ibrahim kota Sigli  (2 Jalur 2 Arah) ini sebagai berikut :
1.         Umum
2.         Drainase
3.         Pekerjaan Tanah
4.         Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5.         Pekerjaan Berbutir
6.         Pekerjaan Aspal
7.         Struktur
8.         Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
2.1       Umum
            Umum merupakan pekerjaan yang sifatnya sementara, yaitu merupakan langkah awal dari suatu pengolahan pekerjaan proyek. Umum meliputi pekerjaan-pekerjaan yang akan dijelaskan berikut ini.
2.1.1    Mobilisasi
            Kegiatan ini akan segera dilaksanakan diawal-awal masa pelaksanaan dan setelah selesai pekerjaan. Sejumlah peralatan dan tenaga kerja yang terdiri dari para Mandor, pekerja, dan tukang yang digunakan dalam pekerjaan ini akan segera didatangkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat perintah mulai kerja (SPMK) oleh pemilik pekerjaan. Demikian pula halnya dengan sebahagian tenaga kerja yang termasuk dalam personil inti, antara lain Site Manager dan juru ukur saat ini sudah dalam keadaan standby disekitar Lokasi Proyek. Untuk mobilisasi peralatan utama, akan dimulai dengan mengangkut peralatan survey, motor grader, vibrator roller, excavator, dan dump truck. Sedangkan compressor, asphalt sprayer, asphalt finisher, tandem roller, dan tyre roller akan didatangkan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan.
2.1.2    Manajemen dan Keselamatan Lalulintas
            Pengaturan lalu lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna menjamin pada saat pelaksanaan pekerjaan yang tentunya pada saat aktivitas lalu lintas berjalan kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga terlindungi dari kerusakan yang bisa diakibatkan oleh lalu lintas tersebut. Adapun pengaturan lalu lintas itu dapat berupa :
-         Rambu dan penghalang yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan dan rambu ini dapat dituliskan peringatan : “HATI – HATI! ADA PEKERJAAN GALIAN”.
-         Petugas bendera, personil ini ditempatkan pada setiap lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung dan bertugas mengatur arah serta memberi aba –aba kepada driver dan operator alat berat agar lalu lintas tidak menjadi terhenti apabila pekerjaan sedang berlangsung.
-         Rambu traffic line sperti : traffic cone (kerucut), traffic cone berlampu untuk pekerjaan pada malam hari, flash light, dan lain-lain yang juga dapat menjadi pengaturan lalu lintas.
2.1.3    Pengamanan Lingkup Hidup
            Pengamanan lingkup hidup meliputi :
-          Kontraktor akan menyiapkan program mereduksi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pelaksanaan pekerjaan
-          Menghindar pencemaran udara, air, dan mereduksi kebisingan akibat penggunaan peralatan kerja.
2.2       Drainase
2.2.1    Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
              Pada galian ini, untuk selokan drainase dan saluran air merupakan galian yang membentuk penampang galian sesuai gambar. penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator. Material galian disingkirkan sedemikian, hingga tidak akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
2.2.2    Pasangan Batu dengan Mortar
            Pasangan batu dengan mortar dilakukan pada lining saluran drainase dengan ketebalan 15 cm. Pemasangan batu dilakukan dengan menyusun batu dan diberi mortar sedemikian rupa, batu saling mengunci dan batu terselimuti lapisan mortar.
            Pemasangan dimulai dengan pembentukan kedua sisi dinding, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan lantai saluran dengan memperhatikan kemiringan arah aliran sedemikian rupa kemudian drainase akan berfungsi sebagai mana direncanakan.
2.3       Pekerjaan Tanah
                        Pekerjaan ini mencakup penggalian, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu dan bahan lain dari jalan sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak ini.
2.3.1    Galian Biasa
            Galian biasa dilakukan agar lapisan pondasi dapat diletakkan dan material galian disingkirkan agar tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya.
2.3.2    Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine
            Perkerasan jalan yang akan dibongkar ditandai dengan penempatan garis membentuk bingkai bagian yang akan dibongkar. Jack Hammer melakukan pemotongan hingga mencapai ketebalan perkerasan aspal sesuai dengan bentuk garis bongkaran.
            Setelah seluruh bingkai bongkaran dipotong, maka dilanjutkan dengan pembongkaran perkerasan aspal. Apabila luas pembongkaran kecil, maka dilakukan secara manual. Sedangkan luas pembongkaran besar, maka dilakukan pembongkaran dengan motor grader.

2.3.3    Timbunan Biasa
            Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan, kemudian setiap lapisan dihampar menggunakan motor grader dengan ketebalan maksimum 20 cm dan dipadatkan menggunakan vibrator roller sambil disiram air hingga mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan, kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan yang telah direncanakan.
2.3.4    Timbunan Pilihan
            Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan, kemudian setiap lapisan dihampar menggunakan motor grader dengan ketebalan maksimum 20 cm dan dipadatkan menggunakan vibrator roller sambil disiram air hingga mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan, kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan yang telah direncanakan.

2.3.5    Penyiapan Badan Jalan
            Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup pengelupasan/penggarukan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan lama untuk penghamparan lapis pondasi agregat. Penyiapan badan jalan dilakukan dengan cara mengupas dan membuang bagian permukaan jalan yang ditumbuhi rumput atau semak dan meratakan permukaan badan jalan dengan menggunakan motor grader. Setelah badan jalan rata dan terbentuk vibrator roller akan memadatkan permukaan yang telah dipotong atau diratakan motor grader.
2.3.6    Pemotongan Pohon
            Pemotongan pohon dilakukan apabila pohon telah tumbuh pada lokasi pekerjaan. Pemotongan ini dilakukan agar dapat menghamparkan setiap lapisan material dan agar akar pohon tidak terus menerus tumbuh kepermukaan yang dapat mengakibatkan rusaknya jalan dikemudian hari.
            Pemotongan dilakukan dengan menggunakan excavator dan ditarik oleh beberapa orang menggunakan tali katrol ke arah yang tidak ada rumah masyarakat.
2.4       Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
            Pelebaran perkerasan dan bahu jalan menggunakan agregat yang sesuai dengan spek yang sudah ditentukan dalam kontrak kerja antara pemilik proyek (owner)  dan kontraktor pelaksana.
2.4.1    Lapis Pondasi Agregat Kelas B
            Material agregat kelas B didatangkan dan ditempatkan pada lokasi pekerjaan pondasi pelebaran dan bahu jalan dengan menumpuk pada sejumlah titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian dihampar dengan menggunakan motor grader dengan ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan vibrator roller mencapai ketebalan 15 cm sesuai dengan yang telah ditentukan.
2.4.2    Lapis Pondasi Agregat Kelas A
            Material agregat kelas A didatangkan dan ditempatkan pada lokasi pekerjaan pondasi pelebaran dan bahu jalan dengan menumpuk pada sejumlah titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian dihampar dengan menggunakan motor grader dengan ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan vibrator roller mencapai ketebalan 15 cm sesuai dengan yang telah ditentukan.
2.4.3    Lapis Resap Pengikat                                                    
            Bahan Lapis resap pengikat umumnya adalah Aspal dengan penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang di cairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar 0,4 sampai 1,3 liter/m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A. dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6 jam bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi,lapis peresap yang lebih dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser, untuk itu pada daerah yang berlebih di taburi dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal. Kegunaan dari lapis pengikat adalah
1.      Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal.
2.      Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika di lewati kendaraan sebelum di lapis dengan campuran aspal.
3.      Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan sehingga air tidak masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang biasa menyebabkan kerusakan struktur jalan.
2.5       Perkerasan Berbutir
2.5.1    Lapis Pondasi Agregat Kelas B
            Pada pekerjaan ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan dump truck, kemudian material dihampar dan diratakan dengan menggunakan grader. Selanjutnya material dipadatkan dengan menggunakan vibrator roller sampai benar – benar padat. Selama proses pemadatan berlangsung water tank juga digunakan untuk menyirami agregat. Ketebalan lapisan pondasi ini sesuai dengan gambar kerja. Pemadatan dilakukan berulang kali agar mendapatkan kepadatan yang maksimal.

2.5.2    Lapis Pondasi Agregat Kelas A
            Pada pekerjaan ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan dump truk,kemudian material dihampar dan diratakan dengan menggunakan grader.Selanjutnya material dipadatkan dengan menggunakan vibrator roller sampai benar – benar padat. Selama proses pemadatan berlangsung water tank juga digunakan untuk menyirami agregat. Ketebalan lapisan pondasi ini sesuai dengan gambar kerja. Pemadatan dilakukan berulang kali agar mendapatkan kepadatan yang maksimal.
2.6       Perkerasan Aspal
2.6.1    Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair ( Prime Coat )
            Pekerjaan prime coat adalah peleburan permukaan perkerasan yang akan dilapisi perkerasan aspal baru dengan bahan perekat (prime coat) dengan tujuan agar terjadi ikatan antara permukaan lapis pondasi agregat atau perkerasan beton dengan lapisan permukaan baru (AC – base).
            Bahan aspal untuk lapis resap pengikat berupa aspal emulsi reaksi sedang atau reaksi lambat yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat mennjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi yang harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi tidak kurang dari 60% dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100.
2.6.2    Lapis Perekat - Aspal Cair
            Di atas hamparan aspal lama, sebelum dilanjutkan penghamparan AC-WC dilakukan pelaburan lapis perekat. Air Compressor digunakan untuk membersihkan badan jalan. Kemudian dilakukan pelaburan lapis perekat dengan mengarahkan  sprayer  secara tegak lurus bidang semprot.
            Aspal dipanaskan dalam suhu sesuai spesifikasi, dan kadar pelaburan sesuai takaran per m2 bidang semprot. Permukaan yang telah dilaburi lapis perekat akan tetap dipelihara sampai lapisan berikutnya dihampar.
2.6.3    Laston Aus/Asphal Concrete – Wearing Course ( AC-WC)
            Pada bagian ini sepatu asphalt finisher terlebih dahulu dipanaskan dan vibrator pada asphalt finisher dijalankan selama penghamparan dan pembentukan. Campuran aspal panas dituang dari dump truck ke dalam bak asphalt finisher, kemudian asphalt finisher menghampar lapisan aspal dengan ketebalan tertentu dan bila dipadatkan mencapai hasil sesuai yang telah ditetapkan.
            Asphalt finisher dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, segregasi dan tidak ratanya permukaan. Sebelum bak penghampar Asphal finisher kosong, sejumlah campuran aspal panas lainnya dituangkan kembali ke dalam bak agar temperatur aspal dapat terjaga sesuai yang tetentukan. Setelah penghamparan AC-WC, maka dilakukan pemadatan yang melalui beberapa tahap, yaitu :
1.      Pemadatan awal ( Breakdown I )
Pemadatan awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadat Tandem Roller. Fungsi dari pemadatan awal ini adalah untuk meratakan permukaan. Roda Tandem Roller yang digunakan harus selalu dalam keadaan basah, agar hamparan AC – BC tidak melekat pada roda saat pemadatan berlangsung.
2.      Pemadatan kedua ( Breakdown II )
Pemadatan kedua ini dilakukan dengan menggunakan mesin penggilas ban karet ( Pneumatic Tire Roller ). Ban Pneumatic Tire Roller harus selalu basah agar hamparan material tidak melekat pada ban, sehingga ban karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada roda.
3.      Pemadatan akhir ( Breakdown III )
Pemadatan ini digunakan alat pemadat Tandem Roller untuk meratakan permukaan aspal agar pengendara nyaman pada saat melewati diatas permukaan aspal.
2.6.4    Laston Lapis Antara/asphalt concrete – bender course ( AC – BC)
            Bahan untuk pekerjaan ini disiapkan dalam AMP (Asphalt Mixing Plant) dimana komposisinya sudah diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang baik, baik campuran maupun suhunya. Bahan lapisan ini dibawa ke lokasi dengan menggunakan Dump Truck dan kemudian dihampar dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana. Setelah penghamparan AC –BC, maka dilakukan beberapa tahap pemadatan, yaitu :
1.      Pemadatan awal ( Breakdown I )
Pemadatan awal dilakukan pada suhu 125°C dengan menggunakan alat pemadat Tandem Roller. Fungsi dari pemadatan awal ini adalah untuk meratakan permukaan. Roda Tandem Roller yang digunakan harus selalu dalam keadaan basah, agar hamparan AC – BC tidak melekat pada roda saat pemadatan berlangsung.
2.      Pemadatan kedua ( Breakdown II )
Pemadatan kedua ini dilakukan pada suhu 90°C dengan menggunakan mesin penggilas ban karet ( Pneumatic Tire Roller ). Ban Pneumatic Tire Roller harus selalu basah agar hamparan material tidak melekat pada ban, sehingga ban karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada roda.
3.      Pemadatan akhir ( Breakdown III )
Pemadatan ini digunakan alat pemadat Tandem Roller untuk meratakan permukaan aspal agar pengendara nyaman pada saat melewati diatas permukaan aspal.

2.6.5    Bahan Anti Pengelupasan
Bahan anti  pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran aspal dengan menggunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat akan dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0.2% - 0.4% terhadap berat aspal. Bahan anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi. Bilamana stabilitas Marshall sisa setelah perendaman 24 jam pada temperatur 60˚C sama atau lebih besar dari 90% maka bahan anti pengelupasan tidak perlu digunakan. Jenis bahan anti pengelupasan yang digunakan haruslah disetujui Direksi Pekerjaan.

2.6.6    Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen
            Bahan pengisi (filler) tambahan semen berfungsi. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. Filler harus kering dan bebas dari gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai dengan SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No 200. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dari total agregat. Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam komposisi agregat hanya sekitar 1%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.

2.7       Struktur
            Pekerjaan Struktur ini dilaksanakan terlebih dahulu setalah diperoleh hasil job mix dari laboratorium dan setelah pekerjaan selesai harus diuji dan dievaluasi mutunya dari laboratorium. Adapun pekerjaan struktur yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
2.7.1    Pekerjaan Beton K – 250
            Untuk pekerjaan Beton K-250 digunakan pada pekerjaan saluran irigasi yang dilaksanakan setelah pekerjaan  pembesian ukuran 24 polos selesai, diaduk dengan menggunakan beton roller dan pemadatannya/ penggetarannya  dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator, untuk menjaga mutu beton sesuai spesifikasi yang di inginkan perlu diambil slump test pada saat pengecoran yang diambil dari bagian tertentu dan kubus untuk uji tekan beton di laboratorium.
2.7.2    Pasangan Batu
            Pasangan batu berfungsi menjaga pondasi agregat agar tidak tergerus air dan menjaga badan jalan agar tidak longsor. Di kerjakan  dengan menggunakan tenaga manusia. Pada pengerjaan ini batu terbesar di letakkan paling bawah, semakin ke atas batu yang di pakai ukurannya semakin kecil dengan bahan pengikat adalah semen, dengan kemiringan maksimum 300.    
 





BAB III
PEKERJAAN YANG DITINJAU
               
3.1         Spesifikasi Teknis
Penggunaan material pada pekerjaan yang diamati ini dibuat berdasarkan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Untuk masing-masing perkerjaan,  material yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1.1  Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
          Lapisan Pondasi Atas adalah Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan dinamakan lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi atas berfungsi sebagai:
1.             Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertikal dari beban kendaraan dan disebarka kelapis dibawahnya.
2.             Lapisan peresap untuk lapisan pondasi bawah.
3.             Bantalan atau perletakan lapis permukaan.
          Pada pekerjaan lapisan pondasi atas yang diamati pekerjaan tersebut meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan. Material yang digunakan dilapangan sebelumnya telah mengalami pencampuran. Pencampuran dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan yang tidak dikehendaki atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Gradasi material untuk Lapis Pondasi Kelas A dan B  yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Pada lapis pondasi atas agregat kelas A menggunakan agregat karas dengan ukuran rata-rata 1,5 inci dengan ketebalan 15 cm dan minimal mempunyai satu bidang pecah. Gambar material yang digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A diperlihatkan pada Gambar 3.1.


Tabel 3.1. Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Ukuran saringan
Persen berat yang lolos
(% lolos)
Jenis Agregat
ASTM
Mm
Kelas A
Kelas B


3”
75



Agregat Kasar
2”
50

100

Agregat Kasar
1½”
37.5
100
88 – 100

Agregat Kasar
1”
25
77 – 100
70 – 85

Agregat Kasar
⅜”
9.5
44 – 60
40 – 65

Agregat Kasar
No. 4
4.75
27 – 44
25 – 52

Agregat Halus
No. 10
2
17 – 30
15 – 40

Agregat Halus
No. 40
0.425
7 – 17
8 – 20

Agregat Halus
No. 200
0.075
2 – 8
2 – 8

Agregat Halus

         



    






Gambar 3.1 Material Untuk Lapis Pondasi Atas.

          Persyaratan umum sifat dan bahan-bahan agregat yang digunakan untuk lapis pondasi atas kelas A adalah sebagai berikut:
1.        Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi atas agregat, terdiri dari satu atau dua kelas bahan sebagaimana yang diperlukan dalam kontrak tertentu dan seperti yang dinyatakan dalam daftar penawaran.
a.     Lapis pondasi atas kelas A adalah agregat batu pecah yang disaring dan merupakan batu pecah keras dan bersih serta semuanya lolos saringan 37,5 mm.
2.        Semua lapisan pondasi atas harus memenuhi persyaratan spesifikasi ini dan harus sesuai dengan gambar kontrak dan seperti yang diuraikan sebelumnya dalam daftar penawaran.
            Dan ketentuan sifat bahan lapisan pondasi atas agregat dapat dlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2 Ketentuan Sifat Lapis Pondasi Agregat
Sifat
Kelas A
Kelas B

Abrasi dari agregat kasar                            (SNI 03-2417-1990)
mak. 40%
mak. 40%


Indeks plastis                                                  (SNI 03-1996-1990 dan SNI 03-1967-1990)
mak. 6
mak. 6


Hasil kali indeks plastisitas dengan % lolos saringan No.200
mak. 25
-


Batas cair                                                   SNI 03-1967-1990)
mak. 25
mak. 25


Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat                                (SNI 03-4141-1996)
0%
-



CBR                                                                          (SNI 03-1744-1989)
min. 90%
min. 65%


Perbandingan persen lolos #200 dan #40
mak. 2/3
mak. 2/3




3.1.2    Pekerjaan Aspal/Lapis Permukaan
            Lapis permukaan merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan jalan, lapis permukaan ini berfungsi sebagai :
1.    Lapis penahan beban vertical dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus memiliki stabilitas tinggi selama masa pelayanan
2.    Lapis  aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari kendaraan yang mengerem
3.    Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atas lapis permukaan tidak meresap ke lapis di bawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan jalan
4.    Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi
            Lapisan permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda kendaraan, hujan, dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan rusak, sehingga disebut lapis aus. Lapisan di bawah lapis aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, disebut lapisan permukaan antara (binder course) yang berfungsi memikul beban lalu lintas dan mendistribusikannya ke lapisan pondasi atas. Dengan demikian lapisan permukaan dapat dibedakan menjadi :
1.        Lapis aus (wearing course), merupakan lapis permukaan yang kontak dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca
2.        Lapis permukaan antara (binder course), merupakan lapis permukaan yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi
            Berbagai jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia, namun yang digunakan pada proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M. Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah) adalah lapis aspal beton atau laston (asphalt concrete atau AC), merupakan lapis permukaan yang menggunakan agregat bergradasi baik, laston sesuai digunakan untuk lalulintas berat. asphalt yang digunakan sebagai lapis permukaan, yaitu : Asphalt Concrete - Base  (AC-BASE), menggunakan agregat dengan ukuran maksimum 37,5 mm  (1,5 inci). Lapis AC-BASE  tebal nominal minimum 60 mm dengan tebal toleransi ± 5 mm.

Table 3.3 Tebal Nominal Rancangan Campuran Aspal dan Toleransi



3.2         Peralatan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan serta pengoprasiannya untuk pekerjaanLapis pondasi atas (sub base course):
1.    Dump Truck
Digunakan untuk mengangkut material agregat kelas Adari lokasi pengolahan kelokasi pekerjaan dengan kapasitas sebanyak 8 m³. Jumlah dump truck yang digunakan berjumlah 4 unit. 1 dump truck memakan waktu sekitar 40 menit mulai dari pengangkutan, penghamparan dan kembali mengambil material ke lokasi pencampuran. Setiap dump truck ini melakukan tugasnya masing-masing secara continue sehingga tidak ada kekosongan rotasi. Pada spesifikasi teknis penggunaan alat ini untuk mengangkut material dengan jarak tempuh yang relative jauh, gambar dump truck pengangkut material diperlihatkan pada Gambar 3.2













Gambar 3.2 Dump Truck yang digunakan untuk mengangkut material

2.    Motor Grader
Untuk penghamparan material yang telah diangkut dari lokasi pencampuran kemudian dihampar dengan menggunakan Motor Grader. Banyaknya Motor Grader yang digunakan disini berjumlah 1 unit. Motor Grader yang beroprasi mampu menghampar 8m3 material dalam waktu sekitar 20 menit,. Penghamparannya dilakukan sesuai dengan gambar yang direncanakan yaitu dengan kemiringan 3%. Gambar Motor Grader yang digunakan untuk penghamparan material agregat kelas A diperlihatkan pada Gambar 3.3.









Gambar 3.3 Motor Grader Untuk Penghamparan Material
3.    Vibro Roller
Alat ini digunakan untuk memadatkan material yang sudah dihampar terlebih dahulu, compactor yang digunakan 1 unit. Untuk pengoprasiannya dilakukan oleh seorang yang mempunyai keahlian dan mengendalikan compactor ini, gambar compactor diperlihatkan pada Gambar 3.4.










Gambar 3.4 Vibro Roller Sebagai Alat Pemadatan Material
4.    Water Tank
Alat ini digunakan untuk menyirami hamparan material, water Tank yang digunakan 1 unit. Pada water tank ini bekerja 2 orang. 1 orang bertugas sebagai pengendali mobil dan 1 orang lagi bertugas untuk mengontrol daerah yang disiram dan juga mengatur debit air yang dikeluarkan, gambar water tank diperlihatkan pada Gambar 3.5.

                






Gambar 3.5 Water Tank digunakan untuk menyirami hamparan material
Untuk pekerjaan lapis perkerasan/penutup (surface course) jenis peralatan yang digunakan untuk penghamparan, pemadatan, dan penyelesaian adalah sebagai berikut:
1.    Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material lataston dari lokasi pengambilan kelokasi pekerjaan. Truck-truck tersebut dilengkapi dengan  logam rapat, bersih dan sebelumnya dilapisi dengan minyak pelumas. Untuk pengoprasiannya sendiri sama dengan pada saat pengangkutan material agregat kelas A.
2.    Piver (Finisher), sebagai alat penghampar otomatis yang dapat difungsikan mengikuti spesifikasi ketebalan yang telah ditentukan. Untuk pengoprasiannya dilakukan oleh satu orang yang bertugas sebagai pengatur elevasi. Kemudian pekerja yang lainnya bertugas untuk mengawasi hasil hamparan.
3.    Tandem Roller, alat pemadat aspal dengan dua roda baja berdiameter 1,2 m dengan berat masing-masing roda 3 ton. Untuk pengoprasian alat ini dilakukan oleh satu orang yang bertugas menjalankan tandem roller tersebut. Menurut spesifikasi teknis, pemadatan dengan  tandem roller dilakukan sebanyak 2 kali passing. Satu kali passing dilaksanakan pemadatan dengan jarak 50 m.
4.    Pneumatic Tire Roller, berfungsi hampir sama seperti Tandem Roller namun alat ini juga berfungsi untuk meratakan permukaan aspal yang telah dilalui tandem roller, menggunakan ban karet dengan berat 2,5 ton pneumatic tire roller mampu menyempurnakan permukaan aspal.

3.3         Jadwal Pelaksanaan
Waktu pelaksaan untuk proyek Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah), sesuai dengan kontrak adalah 224 hari kalender, mulai dari pekerjaan persiapan , hingga pekerjaan struktur dan penutup. Untuk masing-masing pekerjaan yaitu pekerjaan lapis pondasi atas di jadwalkan selama 14 minggu dan dilaksanakan pada minggu bulan ke 3 pada bulan ke dua dari semenjak pekerjaan ini dimulai, dan untuk pekerjaan lapis penutup di kerjakan selama 11 minggu pada bulan ke empat.
Dari hasil pengamatan, masing-masing pekerjaan dapat diselesaikan lebih awal dari waktu yang direncanakan disebabkan oleh adanya 4 sub kontraktor yang bekerja sekalian dibawah kontrol dari PT. PIYUENG JAYA PERKASA selaku penyedia barang/jasa utama pada proyek ini.

3.4         Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek ini kegiatan yang diikuti selama dilapangan diantaranya :
3.4.1        Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Pada pekerjaan ini agregat yang dipakai yaitu agregat kelas A. Panjang total pekerjaan jalan yang diikuti adalah 2.053 m. Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan di lapangan :
a.    Agregat kelas A di angkut dari tempat pencampuran menggunakan dump truck, kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan pondasi bawah yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan panghamparan. Penghamparan  menggunakan motor grader diperlihatkan pada Gambar 3.6









Gambar 3.6 Perataan material menggunakan Motor Grader

b.    Penghamparan dilakukan dengan batas kelembaban yang optimum, sebagaimana yang telah ditentukan pada spesifikasi. Agregat dihampar dengan motor grader sampai satu campuran yang merata seperti Agregat dihampar dalam lapisan dengan  ketebalan 15 cm, dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai.
c.    Pengahamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang di perlukan dilaksanakan dengan cadangan pengurangan ketebalan sekitar 10% yang dilakukan segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan pondasi atas, bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan alat pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis atau mesin gilas roda getar. Pekerjaan pemadatan diperlihatkan pada Gambar 3.7.
\









Gambar 3.7 Pemadatan material meggunakan Vibro Roller

d.   Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan maju mundur secara gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk membuat pemadatan matang yang merata.
e.    Kadar air untuk pemasangan dijaga  di dalam batas-batas 3% dari kadar air optimum sampai 1% lebih tinggi dari kadar air optimum dengan penyiraman air atau pengeringan bila perlu, dan bahan lapis pondasi atas tersebut dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang diperlukan.

3.4.2        Lapisan Perkerasan/Penutup (Surface Course)
Setelah pekerjaan lapisan pondasi atas selesai, kemudian dilanjutkan dengan lapisan permukaan atau pekerjaan aspal yang terdiri dari pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis pengikat aspal beton (AC-BASE). Pada pekerjaan lapis resap pengikat, material (aspal) yang diangkut dengan menggunakan dump truck, sesampai di lokasi pekerjaan selanjutnya aspal dan minyak flux dicampurkan dan dipanasakan dan menjadi aspal cair, kemudian aspal cair tersebut dimasukkan kedalam asphalt sprayer yang akan digunakan untuk menyemprot permukaan badan jalan. Sebelum disemprotkan aspal cair yang telah diisi ke dalam asphalt sprayer, permukaan badan jalan dibersihkan dari debu dan kotoran terlebih dahulu menggunakan Compressor.
Pekerjaan perkerasan atau pengaspalan dilakukan setelah selesainya pekerjaan lapisan pondasi atas, pekerjaan penghamparan aspal dilakukan setelah aspal diangkut dari AMP menggunakan Dump Truck, setelah dilapangan aspal ditumpahkan kedalam bak penampung Paver dan kemudian dengan paver menghamparkan aspal sesuai ketebalan yang direncanakan. Selanjutnya dilakukan pamadatan, prinsip pemadatan dilakukan dengan menggilas dari pinggir yang terendah sampai batas pelebaran badan jalan untuk memebentuk badan jalan dengan kemiringan melintang pada bagian kiri dan kanan jalan masing-masing 2%, untuk proses pembersihan badan jalan, proses Prime coat dan penghamparan lapis perkerasan akan diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.









         Gambar 3.8. Pembersihan badan jalan menggunakan Air Compressor
Setelah pembersihan badan jalan dengan menggunakan Air Compressor,  selanjutnya aspal cair disemprotkan ke permukaan badan jalan atau di Prime Coat.  Maka permukaan jalan siap untuk dilapisi pengikat aspal, seperti Gambar dibawah ini.











Gambar 3.9. Proses Prime Coat













Gambar 3.10. Drump Truck Pengangkut Aspal
Setelah tiba dilokasi campuran panas aspal dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher, kemudian sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan aspal dengan menggunakan alat bantu, seperti pada Gambar dibawah ini.










Gambar 3.11. Proses Penghamparan Aspal Menggunakan Asphalt Finisher

Suhu aspal pada saat dimasak mencapai suhu 140º, kemudian dihamparkan kebadan jalan, penghamparan awal dilakukan pada temperature 125ºC  sampai 130ºC, lalu dipadatkan dengan Tandem Roller pada suhu 110 ºC. Saat pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller pada passing yang pertama dan ke dua ini dilakukan tanpa menggunakan air. Untuk passing selanjutnya diberi siraman air yang secara otomatis akan keluar dari dalam tangki Tandem Roller yang dialirkan ke roda Tandem Roller tersebut. Gambar pemadatan dengan menggunakan tandem roller diperlihatkan pada Gambar 3.12.

















Gambar 3.12. Pemadatan Aspal menggunakan Tandem Roller

Setelah dilakukan pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller sebanyak 1 kali passing kemudian pemadatan dilanjutkan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller. Alat ini biasa digunakan untuk pemadatan aspal hotmix. Jumlah roda Pneumatic Tire Roller ini adalah Sembilan roda. Pnematic Tire Roller ini bekerja sebanyak 20 kali passing. Proses ini juga menggunakan air yang keluar dari tangki alat tersebut. Gambar Pneumatic Tire Roller diperlihatkan pada Gambar 3.13.









     Gambar 3.13 Pemadatan Aspal  menggunakan Pneumatic Tire Roller
3.5      Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan dalam kontrak untuk pekerjaan  yang diamati, disebutkan untuk pekerjaan lapisan pondasi atas menggunakan material agregat kelas A sebanyak 2.062,50 m³. Pada pekerjaan Lapis perkerasan penutup volume pekerjaan dalam kontrak, untuk volume lapis resap pengikat sebanyak 12.600 liter, aspal minyak (lapis perekat) 828,96 ton, untuk volume laston lapis pengikat (AC-BASE) sebesar 3.726,00 ton. Pada setiap pekerjaan untuk penyiapan material selalu disesuaikan dengan yang tertera dalam kontrak sehingga jika pada fakta dilapangan material kurang atau lebih tidak terlalu banyak.

3.6      Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan perkerjaan pada pekerjaan lapis pondasi atas dan lapis perkerasan adalah sebagai berikut:
3.6.1        Lapis Pondasi Agregat   (Base Course)
Lapis pondasi agregat kelas A dibawa dari Base camp sebagai campuran yang merata menggunakan Dump Truck lalu dihampar ke badan jalan pada kadar air dalam bahan yang tersebar secara merata. Setiap lapis dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata dengan menggunakan Motor Grader dengan cara maju mundur sampai permukaan benar-benar rata dan sama tebal. Kemudain dilakukan Pemadatan dengan Vibro Roller, mesin gilas beroda baja, dimulai dari sepanjang tepi bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Operasi penggilasan dilakukan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapisan tersebut terpadatkan secara merata.
3.6.2        Lapisan Perkerasan/Penutup (Surface Course)
Sebelum dilakukan penghamparan Aspal untuk lapisan perkerasan/ penutup, terlebih dahulu  dihampar lapis resap pengikat untuk bahan perekat antara agregat lapis pondasi atas dengan aspal untuk lapis penutup. Penghamparan Lapis resap pengikat dilakukan dengan menggunakan Asphal Sprayer yang menggunkan kompresor untuk mesin pemompa. Penghamparan lapis resap pengaikat dilakukan 0,8 liter/m². Peralatan yang digunakan adalah Compresor dan Asphal sprayer, aspal disemprotkan pada suhu yang diizinkan. Lapis resap pengikat harus di diamkan minimal 24 jam untuk memberi waktu menyerap, sebelum dilapisi di atasnya. Setelah 24 jam baru didatangkan Piver (finisher) dengan menggunakan Truck Trado baru kemudian pekerjaan dimulai dengan didatangkan aspal dari AMP menggunakan Dump Truck. Aspal dengan suhu yang telah ditentukan ditumpahkan ke mesin Paver baru setelah itu mesin Paver bekerja secara otomatis menghamparkan aspal sesuai ketebalan yang telah ditentukan yaitu 7,5 cm, diikuti beberapa orang pekerja yang merapikan jika ada bagian-bagian yang berantakan atau ketebalan yang tidak sesuai yang biasannya di sebabkan oleh bebatuan.
Setelah proses penghamparan diikuti oleh mesin pemadat Tandem Roller yang bekerja maju mundur dengan syarat pemadatan yang telah di sesuaikan. Penyempurnaan akhir pemadatan dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller, mesin pemadat dengan ban karet memadatkan dan menghilangkan jejak-jejak bekas roda Tandem Roller hingga permukaan rata sempurna.

3.5         Masalah Yang Terjadi di Lapangan
            Permasalahan merupakan suatu hal yang tidak mungkin dipisahkan dari suatu kegiatan atau pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan. Masalah yang timbul ini meliputi masalah administrasi, sosial, dan pelaksanaan.
            Demikian halnya dengan proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 Arah), ini tidak terlepas pula dari permasalahan, namun demikian permasalahan tersebut dapat diatasi dengan koordinasi yang baik antara pengawas dengan pemilik proyek.
3.5.1         Masalah Peralatan
      Kondisi peralatan sangatlah menunjang dalam pekerjaan. Apabila kondisi peralatan dalam keadaan rusak maka akan berpengaruh pada pekerjaan yang dikerjakan, hal ini dapat memperlambat proses pengerjaan.
3.5.2        Masalah Keterlambatan Material
            Keterlambatan material adalah suatu faktor yang menghambat pekerjaan di lapangan, hal ini disebabkan lokasi pengambilan material jauh dari lokasi pekerjaan sehingga waktu pengerjaan proyek yang telah ditentukan tidak sesuai dan mengikibatkan seringnya pekerja dilapangan harus menunggu datangnya material.
3.5.3        Masalah Sosial
      Kondisi ini sangatlah berpengaruh dalam suatu pekerjaan di lapangan, apalagi kondisi di lapangan yang merupakan jalan utama kota Sigli yang mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan pada jam pergi dan masok kerja, sehingga sangat mengganggu masyarakat pengguna jalan tersebut, ditambah lagi dengan tidak adanya akses jalan pintas yang bisa dilalui oleh pengguna jalan. Tetapi dengan adanya koordinasi yang baik antara kontraktor pelaksana dan pihak kepolisian setempat, maka hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dilapangan.




BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil Tinjauan Pekerjaan
Hasil pengamatan pekerjaan pada proyek ini adalah untuk lapis pondasi atas agregat yang digunakan harus awet dan harus mempunyai bidang pecah dan tidak terdapat lumut atau tumbuhan lainnya yang terdapat pada permukaan agregat tersebut. Material yang digunakan tergolong sebagai agregat yang mempunyai gradasi yang baik, yaitu rongga antara material tidak terlalu besar. Partikel agregat tersebut merupakan hasil dari mesin pecah. Material yang digunakan dilapangan adalah material yang sebelumnya telah mengalami proses pencampuran baik berupa batu pecah maupun batu kerikil dan dilakukan ditempat yang telah ditentukan. Pada saat penghamparan material pada lapisan pondasi atas tebal hamparan material 20 cm, setelah di padatkan menggunakan compactor tebal lapis pondasi bawah 15 cm.
                                       (arah pergerakan roda)
                                                       
                                                                           (Tandem Roller)                                              sebelum dipadatkan                             
20 cm                                                              Sesudah dipadatkan                  15 cm

Gambar 4.1 Tebal Lapisan Pondasi Atas Sebelum dan Sesudah Pemadatan
Untuk pekerjaan lapis perkerasan atau lapis penutup ini terdiri dari campuran agregat dan aspal sebagai bahan pengikat. Aspal yang digunakan pada lapis penutup adalah Aspal Concret - Base. Dengan tebal saat penghamparan gembur 9 cm. Sebelum dilakukan pengaspalan, cuaca merupakan hal yang harus diperhatikan, karena pengaspalan tidak dapat dilakukan jika permukaan pondasi tersebut basah. Pada saat penghamparan suhu aspal mencapai 140 0C dan pemadatan baru dapat dilakukan setelah suhu aspal menurunya itu sekitar 110 0C. Agregat yang digunakan adalah agregat yang bergradasi baik dan mampu menghasilkan stabilitas tinggi.
                Untuk bahan pengikat menggunakan aspal panas, suhu aspal pada saat diangkut dari AMP adalah 1400 C dan kemudian diangkut kelokasi pekerjaan. Campuran aspal Laston diletakkan sebagai satu lapis permukaan baru di atas lapis pondasi atas yang sudah dibangun sebelumnya atau sebagai satu lapis ulang di atas perkerasan dengan lapis penutup yang ada, dan kemudian dilakukan pemadatan sampai mendapatkan ketebalan 7,5 cm.
          Agregat kasar yang digunakan terdiri dari batu kerikil pecah ataupun campuran batu pecah dengan kerikil alam bersih yang sesuai. Kerikil yang digunakan mempunyai permukaan yang kasar dan mempunyai bidang pecah dan permukaan bebas dari lumut dan tumbuhan lainnya. Filler (bahan halus sebagai pengisi) yang terdiri dari debu batu kapur atau semen yang bebas dari setiap benda yang harus dibuang dan akan berisi ukuran partikel yang 100% lolos 0,60 mm dan tidak kurang dari 75% berat partikel lolos saringan 0,075 mm (saringan basah). Untuk lapisan perkerasan atau penutup ini menggunakan Aspal Concret - Base (AC–BASE) dengan ketebalan ± 7,5 cm. Lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.

4.2         Produktivitas Tenaga Kerja dan Peralatan
Pada setiap item pekerjaan ini menggunakan alat berat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berikut adalah perhitungan produktivitas tenaga kerja dan peralatan untuk pekerjaan yang diamati.
1.    Dump truck
Dump truck yang digunakan berkapasitas 8 m3, untuk menghitung produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau cycle time (CT). CT terdiri dari beberapa unsur diantaranya waktu muat atau loading time (LT), waktu angkut atau hauling time (HT), waktu kembali atau return time (RT), waktu pembongkaran atau dumping time (DT) dan waktu tunggu atau spotting time (ST).


Dengan demikian:
CT = LT + HT + DT + RT + ST
CT = 10 menit + 30 menit + 10 menit + 15 menit + 5 menit
CT = 70 menit
Jadi, produktivitas untuk peralatan dump truck adalah:
          Produktivitas   =
                                =
                                = 0.11 m3/menit/truk

2.    Motor Grader.
Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan yaitu motor grader berjalan dengan kecepatan rata-rata (v) 10 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah 3 meter dan dianggap efisiensi kerja (E) adalah 0,8. Dan operator yang dibutuhkan adalah 1 orang. Untuk menghitung produktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
Prod  = vWE
Prod  = 10 km/jam x 3 meter x 0.8 x 1 org
          = 24 m2/jam

3.    Vibro Roller
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller. Perkiraan produktivitas alat pemadatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Prod =
Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan adalah jumlah passing untuk pemadatan (P) adalah 8 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3 m, kecepatan (S) adalah 8 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 15 cm, dan efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka untuk menghitung produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:
Prod  =
          = 375 cm/jam
4.    Asphalt Paver
Pada pekerjaan penghamparan aspal dengan menggunakan paver, produkti vitasnya tergantung dari kecepatan screed. Biasanya paver mampu menghampar aspal sebanyak 8 m3 dalam waktu 20 menit. Kecepatan paver pada saat penghamparan adalah konstan.
Prod  =   
          = 0,4 m3/menit/paver

5.    Tandem Roller
Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas setiap alat yang digunakan untuk pemadatan adalah sama, yaitu:
Prod =
Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan dengan menggunakan tandem roller adalah jumlah passing untuk pemadatan (P) adalah 1 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3 m, kecepatan (S) adalah 20 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 7,5 cm, dan efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka produktivitas alat ini adalah sebagai berikut
Prod  =
          = 600 cm/jam/roller



6.    Pnematic tire roller
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan untuk pemadatan dengan menggunakan pneumatic tire roller adalah jumlah passing untuk pemadatan (P) adalah 20 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3.5 m, kecepatan (S) adalah 20 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 7,5 cm, dan efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang, maka produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:
Prod  =
          = 194,44 cm/jam

7.    Tenaga kerja
Pada pekerjaan lapis pondasi atas tenaga kerja yang diperlukan untuk membersihkan sisa material yang tidak dipakai setelah penghamparan adalah 2 orang. Dalam 1 hari seorang pekerja tersebut membersihkan sisa hamparan sepanjang 800 m2. Jadi, produktivitas tenaga kerja adalah:
Prod  =       
          = 400 m2/org/hari

Untuk pekerjaan lapis perkerasan tenaga kerja yang bekerja merapikan hasil hamparan adalah 8 orang per hari, dalam 1 hari jam kerja penghamparan lapis perkerasan dapat dilakukan sepanjang 1200 m2. Jadi produktivitas tenaga kerja tersebut adalah:
Prod  =
          = 150 m2/org/hari.

8.    Mandor.
Perhitungan produktivitas mandor pada setiap pekerjaan dihitung berdasarkan panjang pekerjaan yang dilaksanakan dalam waktu 1 hari jam kerja. Pada pekerjaan lapis pondasi atas mandor yang bekerja hanya 1 orang. Maka produktivitas mandor untuk pekerjaan lapis pondasi atas adalah sama dengan panjang pekerjaan yaitu 800 m2/org/hari, dan untuk lapis perkerasan dengan panjang pekerjaan dalam satu hari adalah 1200 m2 diawasi oleh 2 orang mandor. Jadi produktivitas mandor pada pekerjaan lapis perkerasan adalah 600 m2/org/hari.

4.3           Solusi Terhadap Masalah
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tidak sesuainya gambar rencana dengan kondisi dilapangan, pelaksana proyek membuat gambar ulang sesuai dengan kondisi yang ada dan kemudian menyerahkan ke pemilik proyek untuk disetujui. Institusi pelaksana juga meminta agar pengawasan pada pekerjaan ini selalu dilakukan, untuk itu pelaksana selalu memberi informasi tentang pelaksanaan yang akan dikerjakan untuk hari berikutnya. Jika terdapat material yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan palaksana hanya menyingkirkan material yang terlalu besar sebelum dilakukan pemadatan. Pada saat akan dilakukan penghamparan, suhu aspal di tes terlibih dahulu, karena suhu aspal masih tinggi pelaksana menunggu sampai suhu aspal mencapai syarat yang ditentukan untuk pengaspalan. Jika ketebalan aspal tidak rata, maka pekerja menaburkan sebagian aspal ke bagian yang ketebalannya kurang.
Seharusnya agregat yang digunakan tergolong kedalam agregat yang bergradasi baik. Agregat baru dapat disebut bergradasi baik jika campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang. Agregat dengan gradasi baik akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air. Pada pekerjaan pengaspalan, pamadatan hanya boleh dilakukan pada suhu 90 – 110 0C. Ini di karenakan jika pemadatan dilakukan pada suhu tinggi maka aspal akan mengalami keretakan, dan jika suhu pemadatan terlalu rendah maka susah untuk mencapai kepadatan aspal. Ketentuan ketebalan aspal jika menggunakan Aspal Concreat Base adalah 7,5 cm setelah pemadatan, jadi untuk ketebalan pada saat penghamparan harus selalu diperhatikan.
           
 


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengikuti praktek kerja lapangan pada proyek Rekontruksi/Peningkatan Struktur Jalan A.M. Ibrahim kota Sigli (2 Jalur 2 arah), banyak didapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dilapangan baik dari pengawas lapangan, bahkan dari para pekerja. Hal ini dapat menjadi perbandingan antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari bangku kuliah.

5.1       Kesimpulan
            Berdasarkan hasil yang didapat selama mengikuti praktek kerja lapangan ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya sebagai berikut :
1.        Pada lapis pondasi Atas, agregat yang digunakan adalah agregat kelas A, dengan tebal lapis pondasi Atas (Base Course) sebelum dipadatkan adalah 20 cm, setelah dipadatkan dengan menggunakan vibrator roller tebal lapis pondasi atas menjadi 15 cm.
2.         Lapis permukaan digunakan Asphalt Concrete Base (AC- BASE) suhu aspal penghamparan mencapai 130 0C dan pemadatan baru dapat dilakukan setelah suhu aspal menurun yaitu sekitar 110 0C. Tebal Lapis Permukaan (Surface Course) sebelum dipadatkan adalah 9 cm, dan setelah dipadatkan dengan menggunakan tandem roller dan  phematic tire roller menjadi 7,5 cm.
3.         Alat yang digunakan pekerjaan lapisan pondasi atas dan lapisan permukaan  adalah dump truck, motor grader, vibrator roller, tandem roller, watter tank, asphalt finisher, dan phematic tire roller.






5.2       Saran
Dari hasil pengamatan di lokasi pekerjaan proyek diperoleh beberapa saran dalam pelaksanaan pekerjaan proyek :
1.      Untuk mengatasi masalah keterlambatan material sampai ke lokasi pekerjaan, maka pada proyek kedepannya sebaiknya pihak proyek lebih baik menambah armada pengangkut material, di karenakan memperhatikan lagi jarak antara Base Camp dengan lokasi pekerjaan yang  jauh.
2.      Kedepannya bagi mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya terlebih dahulu mempelajari secara mendalam tentang proses-proses pekerjaan dilapangan sehingga pada saat mengikuti praktek tidak mengalami kesulitan.
3.      Konsultasikan dengan dosen pembimbing pada saat masih melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) setiap satu minggu sekali, untuk memudahkan mahasiswa dalam mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan mendapatkan hasil yang maksimal.
4.      Penggunaan waktu pada pelaksanaan pekerjaan saat cuaca bagus dilakukan   semaksimal mungkin dibandingkan pada saat musim hujan, agar pekerjaan bisa dikerjaakan sesuai jadwal.
5.      Penempatan material sebaiknya pada tempat yang lebih dekat dengan pekerjaan, agar pada saat penggunaannya tidak butuh waktu lama untuk mengambilnya.